2016

Home » Blog » 2016 » Kisah Seorang Sarjana Peternakan Meraih Doktor Teknik Sistem dan Manajemen Industri (Systems Engineerring and Industrial Management) dari ITB.

Kisah Seorang Sarjana Peternakan Meraih Doktor Teknik Sistem dan Manajemen Industri (Systems Engineerring and Industrial Management) dari ITB.



  • Bahasa Indonesia
  • English

Pada Maret 1987 saya mengajukan lamaran untuk mengikuti program S3 (Doktor) di IPB, Unpad, dan ITB. IPB dan Unpad segera merespons dan menerima saya sebagai calon peserta program S3 Bidang Ilmu Perencanaan Wilayah dan Pengembangan Pedesaan (IPB) dan Ekonomi Pertanian (Unpad). ITB TIDAK Merespons karena dianggap salah alamat, bagaimana mungkin seorang sarjana peternakan yang tidak berlatar belakang pendidikan engineering melamar mengikuti program S3 bidang ilmu Teknik Sistem dan Manajemen Industri.

Saya nekat menghadap langsung Wakil Rektor ITB Bidang Aakademik ketika itu, seorang profesor wanita yang sangat baik dan bijaksana. Beliau menanyakan seluk beluk latar belakang saya dan mengapa melamar ke ITB. Saya menceriterakan tentang cita-cita masuk ITB sejak S1 TETAPI tidak kesampaian karena berbagai alasan keuangan, lulusan SMA Sinar Pancasila Kupang – NTT yang dianggap paling tidak berkualitas di Kupang sebagai konsekuensi dua kali tidak naik kelas di SMA top di kota Kupang. Saya menangkap kesan seorang ibu yang tertarik dan simpatik akan keuletan mau menggapai cita-cita yang tidak kesampaian dari seseorang yang bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa. Beliau menanyakan tentang biaya program doktor yang mahal ketika itu, dan saya mengungkapkan bahwa biaya studi akan ditanggung sendiri karena saya tidak memiliki akses beasiswa serta telah bekerja mengumpulkan dana untuk biaya studi sejak lulus S2 Statistika Terapan IPB tahun 1985. Juga isteri saya seorang dokter muda yang baru lulus bersedia ditempatkan di puskesmas tanpa gaji sebagai dokter sukarela untuk mendukung biaya studi S3. Respons POSITIF dari Wakil Rektor Bidang Akademik ITB adalah akan dirapatkan dalam Dewan Guru Besar dan akan dikonsultasikan dengan profesor di bidang ilmu teknik sistem dan manajemen industri ITB, apabila respons positif maka saudara akan dipanggil untuk wawancara. Saya melihat secercah harapan dan kesempatan (opportunity) yang diberikan oleh ITB meskipun pasti membutuhkan waktu lama.

Keputusan saya ambil yaitu mengikuti pendidikan doktor (S3) bidang ilmu Ekonomi Pertanian di Unpad Bandung dengan harapan mendekatkan diri ke ITB agar sewaktu-waktu apabila dipanggil oleh ITB saya bisa segera ke ITB. Kuliah di S3 Unpad telah dijalani selama 2 semester dengan IP = 4,0 baru dipanggil oleh ITB yaitu untuk diwawancarai pada Juni 1988.

Ketika diwawancarai oleh Prof. Matthias Aroef (Founding Father Teknik Industri ITB) beliau menyatakan bahwa jika Anda hanya berlatar belakang murni sarjana peternakan maka akan langsung ditolak karena berarti anda salah alamat melamar ke ITB. TETAPI mengingat anda juga memiliki pendidikan S2 Statistika Terapan IPB dan pihak ITB telah menghubungi rektor IPB ketika itu Prof. Andi Hakim Nasoetion dan pihak Rektor IPB menyarankan untuk ditest saja yang bersangkutan mengikuti kurikulum dan standar ITB, maka berikut ini persyaratan bagi anda jika ingin mengikuti pendidikan S3 di ITB.

Persyaratan pertama, Anda harus mengikuti kuliah secara intensif dan nilai minimum selama 2 semester adalah 3,50. Jika tidak mampu mencapai nilai minimum IP = 3,50, maka langsung dikeluarkan (Drop Out).

Persyaratan kedua, Anda harus menulis disertasi doktor sejak semester 1, September 1988, dan apabila dalam dua semester tidak ada kemajuan yang berarti maka langsung dikeluarkan (Drop Out).

Persyaratan ketiga, jumlah pembimbing adalah 6 orang profesor yang berasal dari: ITB (3 orang), UI (1 orang), UGM (1 orang), dan IPB (1 orang).

Kesempatan (opportunity) sekaligus tantangan (threat) bagi saya karena ijin cuti dari Unpad tidak diberikan sedangkan kesempatan dari ITB bersifat tidak pasti. Saya belum mengenal Tuhan (Ateis) jadi mengandalkan diri sendiri saja. Saya berunding dengan isteri saya tentang berbagai kemungkinan terburuk (gagal studi doktor) dan kemungkinan terbaik (doktor dalam bidang ilmu langka dan impian tercapai). Keputusan diambil secara mantap yaitu mengundurkan diri dari program S3 Ekonomi Pertanian Unpad dan mengikuti kuliah program S3 Teknik Sistem dan Manajemen Industri di ITB. Sebelum masuk ITB kami dikaruniai putera pertama pada Juli 1988 yang langsung kami beri nama Albert Ganesha!

Kuliah di ITB dengan semangat berapi-api sekaligus menyusun disertasi dengan menyatukan pendapat dari 6 orang profesor membutuhkan trik tersendiri. Hal ini termasuk bepergian dari Bandung ke Yogyakarta menggunakan kereta api ekonomi (berdiri dari Bandung sampai Yogyakarta) dijalani dengan antusias dan semangat tinggi. Jika kuliah membutuhkan waktu 3 hari dalam seminggu dari jam 8:00 – 15:00 (kadang-kadang sampai malam hari), maka waktu tersisa 4 hari dalam seminggu digunakan untuk melakukan penelitian dan menyusun disertasi.

Puji terhadap diri sendiri (bukan Puji Tuhan, karena masih Ateis) dalam waktu dua semester memperoleh IP = 4,0 dan Disertasi Doktor telah rampung 60%. Hal itu berarti LOLOS dari status percobaan dan menjadi mahasiswa reguler program S3 di ITB.

Lagi-lagi Puji terhadap diri sendiri (karena saya baru mengenal secara akrab dengan Tuhan pada 7 September 2003 melalui kejadian luar biasa) setelah 4 semester: lulus semua mata kuliah dengan IP = 4,0 dan distertasi S3 rampung 100%, siap ujian tertutup dan promosi (ujian terbuka).

Persoalan muncul ketika promotor mengajukan disertasi dan permohonan untuk ujian doktor ke Dewan Guru Besar ITB. Bagaimana mungkin orang ini yang diragukan ketika rapat Dewan Guru Besar 2 tahun yang lalu, kok tiba-tiba telah diajukan untuk menjadi doktor dari ITB?

Promotor meyakinkan tentang jaminan kualifikasi dan bobot disertasi, tetapi ujian doktor harus ditunda selama 1 tahun dengan maksud sangat baik, yaitu: melatih yang bersangkutan untuk mengenal lebih jauh tentang ITB dan pada saat yang sama dibimbing untuk lebih mantap. Saya menerima dengan senang hati penundaan selama 2 semester untuk memperoleh gelar doktor dari ITB impian masa kecil sekaligus impian isteri saya.

Pembimbingan yang diberikan kepada saya selama 2 semester adalah:

  1. Bersama promotor Prof. Matthias Aroef membantu menyusun dan mendesain kurikulum untuk pembukaan program studi baru S2 di ITB yang dikenal sebagai: MBA-Teknologi (cikal bakal pendidikan manajemen bisnis dan teknologi di ITB).
  2. Menulis buku yang dibimbing langsung oleh Prof. Matthias Aroef (Promotor/Ketua Tim Pembimbing) dan beliau bersedia memberikan kata pengantar untuk buku-buku yang ditulis.

Setelah “penundaan” selama 2 semester, maka pada September 1991 saya mengikuti ujian promosi doktor teknik sistem dan manajemen industri di ITB. Dalam ujian promosi itu riwayat saya melamar ke ITB diceriterakan kembali, dan cukup “menghebohkan” ITB karena ada sarjana peternakan yang berhasil memperoleh doktor teknik (Dr. Eng) di ITB dengan IP sempurna 4,0 dalam waktu singkat.

Tulisan di atas untuk memotivasi mereka yang sedang menempuh pendidikan formal S1, S2 dan S3 bahwa tekad dan kemauan yang gigih dan ulet merupakan motivasi menuju SUCCESS. Tidak ada hal yang mustahil di dunia ini.


Inilah profil promotor (Ketua Tim Pembimbing) saya ketika mengambil Doktor Teknik Sistem dan Manajemen Industri di ITB. Sampai saat ini saya HANYA mengagumi dua orang profesor di Indonesia, yaitu: (1) Prof. Andi Hakim Nasoetion yang mau menerima saya belajar S2 Statistika Terapan di IPB (padahal di kampung halaman daerah paling tertinggal di Indonesia dianggap bodoh pengantar statistika sehingga harus tertinggal kelas satu tahun dan mengulang semua mata kuliah pada tingkat II meskipun telah lulus: contoh sistem pendidikan NGAWUR), dan (2) Prof. Matthias Aroef yang lagi-lagi mau menerima seorang sarjana peternakan dan terlanjur memperoleh label BODOH karena tertinggal kelas dua kali di SMA dan satu kali di S1 untuk menjadi Doktor (Eng) dari ITB.


Bagaimana menaklukan hati pembimbing yang profesor? Lakukan riset yang mendalam, kemudian buat tulisan bersama pembimbing untuk dipublikasikan dalam media agar memperoleh tanggapan publik. Inisiatif seorang mahasiswa S3 program Doktor Teknik Sistem dan Manajemen Industri yang meskipun baru 1 tahun di ITB MAMPU melakukan riset industri di seluruh Indonesia, kemudian membuat tulisan bersama promotor untuk dikirim ke Kompas dan dipublikasikan pada 5 Oktober 1989. Itu trick memperoleh nilai A dan lulus S3 CEPAT, yaitu: UANG (Usaha Agar Nama pembimbing Gemilang). Apabila nama pembimbing GEMILANG, maka secara otomatis kita akan SUCCESS karena pembimbing PASTI mendukung kita 100%.


Agar diketahui ketika lulus S3 ITB saya ditawarkan menjadi dosen ITB TETAPI saya mengatakan bahwa ilmu TANPA aplikasi di dunia nyata percuma, sehingga saya bekerja di dunia industri. Silakan baca artikel saya tentang aplikasi Link and Match (teori dan praktek) yang diperoleh dari pengalaman praktek tidak sulit (PRAKTIS) bukan hanya teori apa-apa sukar (PAKAR) berikut.

Kita hidup HARUS REALISTIK bukan sekedar IDEALIS. Yang PASTI dunia perguruan tinggi di Indonesia TIDAK AKAN MAMPU membayar gaji saya yang puluhan kali lipat itu. Karena Universitas Trisakti TIDAK MAMPU bayar saya, maka ketika itu 2001 Prof. Thoby Mutis (Rektor Univ Trisakti) menawarkan cara begini: bagaimana kalau nama Anda dipakai sebagai ketua program manajemen produksi di program MM Usakti dengan tugas membimbing kandidat doktor menjadi doktor dan Universitas Trisakti mengangkat VG sebagai profesor? Setuju TETAPI dengan syarat karier saya di dunia industri tidak terhambat! Tugas saya menjadikan mahasiswa saya menjadi doktor-doktor telah selesai. Tanya saja ke program MM Universitas Trisakti, sekitar 10 orang doktor di sana adalah mantan mahasiswa saya. Sekarangpun nama saya dipergunakan oleh program MM Universitas Widya Mandira Kupang – NTT sebagai profesor (guru besar tetap) mereka, juga dengan syarat jangan mengatur karier saya di dunia industri.

Coba tunjukkan bagaimana HANYA bekerja sebagai dosen murni akan mampu menyekolahkan 2 orang putera ke jenjang S2/S3 di luar negeri (milyaran rupiah) tanpa mengharapkan beasiswa? Hidup ini realistik. Isteri saya juga ingin naik mobil BMW, Toyota Fortuner 4×4 (bisa off road), tinggal di rumah mewah, memiliki pendapatan pasif dari investasi, dll! Masa hidup harus “prihatin/cukup saja” terus, jika kesempatan “bebas finansial” TANPA korupsi ada?

Yang penting apa itu kontribusi nyata bagi bangsa dan negara Indonesia, bukan bekerja secara fisik di tempat mana dengan profesi apa. Saya telah bersedia menerima tawaran dari Dankodiklat TNI AD untuk membantu sebagai nara sumber peningkatan cara berpikir sistem, itu kontribusi nyata!

Salam SUCCESS.

WordPress Tabs Free Version

Posted in
css.php