2014

Home » Blog » 2014 » Waktu adalah Uang

28-02-14

Waktu adalah Uang



  • Bahasa Indonesia
  • English

Sumber daya yang paling berharga dan secara adil diberikan oleh Tuhan (Allah) yang maha kuasa adalah waktu. Tidak ada manusia yang kaya atau miskin waktu, setiap orang diberikan waktu yang sama: 60 menit/jam, 24 jam/hari, 30 hari/bulan, 365 hari/tahun. Namun mengapa dalam perjalanan waktu terjadi ketimpangan dalam pendapatan sehingga menimbulkan perbedaan antara kaya dan miskin dalam hal finansial? Salah satu alasan adalah perbedaan dalam profesi ketika bekerja memanfaatkan waktu yang sama itu.


Saya BUKAN ahli Alkitab, oleh karena itu saya ingin berdiskusi dan bertanya kepada para rohaniwan (pendeta/pastor/romo) yang bersedia memberikan masukan atau bertukar pikiran, tentang apakah pilihan profesi manusia dalam bekerja ini bisa diasosiasikan atau dikaitkan dengan perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur (Matius 20:1-16)?

Interpretasi saya terhadap perikop dalam Matius 20:1-16 dengan konsep analogi dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:

Ketika kita lulus sekolah (katakanlah sarjana = S1), maka kita mulai melamar pekerjaan sebagai seorang karyawan (PNS atau pegawai swasta). Tentu saja sebagai orang beragama yang percaya kepada Tuhan (Allah) kita berdoa memohon agar Tuhan mengabulkan doa kita. Karena Tuhan (Allah) Maha Pemurah dan Maha Baik, maka DOA (Depend On Allah) kita dikabulkan. Konsekuensi upah yang diterima adalah sesuai dengan kesepakatan kontrak dalam nilai tertentu (bisa bervariasi dari institusi yang satu dengan institusi yang lain).

Dalam perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur (Matius 20:1-16) disebutkan bahwa semua pekerja diberikan upah yang sama (rejeki yang sama?), mulai dari mereka yang bekerja sejak pagi-pagi benar mungkin jam 5 pagi, mulai jam 9 pagi, mulai jam 12 siang, mulai pukul 3 petang, dan mulai pukul 5 petang.

Pertanyaan saya apakah orang yang bekerja hanya mulai jam 5 petang telah memperoleh PILIH KASIH dari pemilik kebun anggur (dalam hal ini Tuhan Allah)? Jika demikian berarti Tuhan (Allah) TIDAK ADIL kepada semua manusia.

Bagaimanapun saya ingin berpendapat (mungkin salah) bahwa Tuhan Allah TELAH ADIL dalam memberikan waktu (24 jam sehari sama banyak kepada semua manusia), juga memberikan kesempatan untuk bekerja mencari rejeki di “kebun anggur kehidupan untuk memperoleh imbalan”, namun pilihan bekerja/profesi yang berbeda yang menyebabkan penggunaan waktu mereka yang berbeda sehingga dalam dunia nyata memberikan konsekuensi imbalan mereka yang juga berbeda.

Namun lagi-lagi ada hal yang mengusik pikiran saya, mengapa orang yang sejak awal telah sadar bahwa menjadi karyawan kepada orang lain atau karyawan mandiri (Employee/Self Employee) TIDAK AKAN PERNAH BEBAS FINANSIAL, masih bersungut-sungut?, Mengapa mereka TIDAK bekerja secara ikhlas dan bersemangat saja sesuai KOMITMEN dan KESEPAKATAN AWAL?. Karena dengan BERSUNGUT-SUNGUT, apalagi karena KETIDAKPUASAN MEMPEROLEH IMBALAN, bukankah kita akan disebut TIDAK PROFESIONAL?

Dalam kehidupan sehari-hari ternyata banyak orang yang selalu TIDAK PUAS dengan imbalan yang diterima. Padahal bukankah kita telah mengetahui konsekuensi profesi dalam hal INPUT: penggunaan waktu dan OUTPUT: Penghasilan (Rp) ketika kita memutuskan bekerja pada masing-masing profesi (hak dan kebebasan memilih profesi dalam kehidupan), sesuai Tabel yang dikemukakan di atas?

Apakah logika di atas salah atau bisa dibenarkan? Mohon pencerahan.


http://www.sarapanpagi.org/13-perumpamaan-tentang-orang-orang-upahan-di-kebun-anggur-vt1409.html

Saya akan melengkapi bahasan tentang perumpamaan di atas dalam beberapa serial dari perspektif berbeda sebagai seorang Ahli Teknik Sistem dan Manajemen (bukan ahli Teologi/Filsafat) agar dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari (berdasarkan pengalaman praktek pribadi yang juga masih ada kesalahan) menuju Kebebasan Finansial (Financial Freedom) sesuai yang diinginkan Tuhan (Allah).


Serial Cerdas Finansial (1): Bukan Ukuran Penghasilan TETAPI PRODUKTIVITAS KERJA.

Sebagai pembukaan maka saya mengutip beberapa firman Tuhan yang sesungguhnya menunjukkan bahwa Tuhan menginginkan agar manusia itu bebas finansial, menjadi kaya ASALKAN TETAP ber-IMAN (Ikhlas Menjadikan Allah Nakhoda) kepada Tuhan (Allah). Banyak nabi-nabi seperti Abraham/Ibrahim, Salomo/Sulaiman, Ayub, Muhammad, dll adalah contoh orang-orang kaya yang ber-IMAN 100% kepada Tuhan (Allah). Di Sorga ada orang miskin (diwakili oleh Lazarus) dan juga ada orang kaya (diwakili oleh Nabi Abraham/Ibrahim), jadi semua orang apakah kaya atau miskin berhak masuk Sorga sepanjang perbuatannya di dunia mengikuti perintah Tuhan (Allah) serta ber-IMAN 100% kepada Tuhan (Allah).

Beberapa firman Tuhan yang berkaitan dengan masalah uang (kekayaan) dan tindakan nyata yang HARUS dilakukan, adalah:

  • Ulangan 8:18-20 dan Ulangan 28:2-14

    “Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini”.
    Ulangan 8:18-20

  • Amsal 3:9-10, Amsal 11:24-25 dan Amsal 19:15-17
  • Yesaya 55:1-3 dan Yesaya 58:10-11
  • Matius 6:31-34
  • Filipi 4:18-20
  • 2 Korintus 8:9

Kembali kepada perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur yang menjadi langkah awal bertransformasi dari Buta Finansial menjadi Cerdas Finansial. Jika kita menggunakan ukuran produktivitas kerja (produktivitas = output penghasilan / waktu kerja), maka akan tampak sebagai berikut:

  • A bekerja dari jam 06:00 – 18:00 (12 jam kerja) memperoleh 1 Dinar, berarti produktivitas A = 1/12 = 0,083 Dinar per jam.
  • B bekerja dari jam 09:00 – 18:00 (9 jam kerja) memperoleh 1 Dinar, berarti produktivitas B = 1/9 = 0,111 Dinar per jam.
  • C bekerja dari jam 12:00 – 18:00 (6 jam kerja) memperoleh 1 Dinar, berarti produktivitas C = 1/6 = 0,167 Dinar per jam.
  • D bekerja dari jam 15:00 – 18:00 (3 jam kerja) memperoleh 1 Dinar, berarti produktivitas D = 1/3 = 0,333 Dinar per jam.
  • E bekerja dari jam 17:00 – 18:00 (1 jam kerja) memperoleh 1 Dinar, berarti produktivitas E = 1/1 = 1 Dinar per jam.

Tampak bahwa meskipun A, B, C, D, dan E sama-sama memperoleh penghasilan 1 Dinar, tetapi produktivitas A < B < C < D < E.

Setelah mengetahui bahwa produktivitas kita rendah, maka TINDAKAN NYATA adalah meningkatkan produktivitas per jam kerja, BUKAN BERSUNGUT-SUNGUT KEPADA TUHAN (ALLAH) atau menjadi iri hati kepada orang-orang berproduktivitas tinggi.

Strategi yang bisa dilakukan oleh A, B, C, D, maupun E adalah meningkatkan produktivitas dengan cara meningkatkan penghasilan.

Jika A dan B ingin mempertahankan profesi sebagai Employee (E) karena alasan keamanan/safety, maka A dan B bisa mencari pendapatan PASIF yang tidak memerlukan waktu banyak untuk terlibat dalam aktivitas tertentu.

Setelah kita memahami definisi produktivitas, maka produktivitas telah dapat dirumuskan kembali menjadi:

Produktivitas = (Penghasilan / Jam Kerja) = (Pendapatan AKTIF + Pendapatan PASIF) / Jam Kerja;

di mana Pendapatan AKTIF adalah upah/imbalan/gaji, sedangkan Pendapatan PASIF bisa bersumber dari investasi ASET Produktif dan/atau kepemilikan bisnis/saham, dll. Dengan demikian seseorang bisa berprofesi lebih dari satu, misalnya: Employee (E) dan Investor, Self Employee + Kepemilikan Saham, Investor dan Kepemilikan Bisnis/Saham, dan lain-lain.

Tabel berikut merupakan orang Cerdas Finansial yang mulai meningkatkan Produktivitas Kerja sejak usia muda ketika baru Lulus Sarjana (S1) sekitar usia 25 tahun. Semakin terlambat seseorang meningkatkan PRODUKTIVITAS KERJA (TERLAMBAT DARI USIA 25 TAHUN), SEMAKIN SULIT UNTUK MENCAPAI KEBEBASAN FINANSIAL.

Ketika saya pribadi pada tahun 1996 mengetahui bahwa Produktivitas Kerja saya sebagai seorang manajer profesional rendah (ketika 1996; kurs USD 1 = Rp. 2000, Gaji Manajer Rp. 10,000,000/bulan—setara dengan USD 5000/bulan; sedangkan saya membutuhkan 200 jam kerja dari: rumah-kantor-rumah per bulan), sehingga produktivitas kerja = Rp. 10 juta / 200 jam = Rp. 50 ribu per jam.

Ketika itu saya mencari informasi apakah ada pekerjaan lain (selain sebagai manajer profesional) yang bisa memberikan hasil 10 kali lipat yaitu: Rp. 500 ribu / jam?. Ternyata ada yaitu berprofesi sebagai: Konsultan Desain dan Implementasi Sistem Manajemen Industri, maka saya langsung mengajukan permohonan “MEMAJUKAN DIRI”-KATA POSITIF (BUKAN “MENGUNDURKAN DIRI”: KATA NEGATIF) sebagai Konsultan yang memiliki PRODUKTIVITAS KERJA lebih tinggi daripada Profesi Manajer Profesional ketika itu. Berarti saya berpindah Kuadran dari Employee (E) menjadi Self Employee (S), meskipun pada akhirnya baru saya mengetahui bahwa menjadi Employee (E) dan/atau Self Employee (S) BUKAN pilihan TEPAT untuk meningkatkan PRODUKTIVITAS KERJA. Bersambung…


Serial Cerdas Finansial (2): Memahami Hakekat Berinvestasi

Terlampir adalah tulisan menarik dari Direktur Utama PT Jamsostek (Elvin G. Masassya) sebagai pengantar memahami investasi untuk meningkatkan produktivitas kerja melalui pelipatgandaan Pendapatan PASIF.

Salam SUCCESS Cerdas Finansial.

WordPress Tabs Free Version

Posted in
css.php