2014

Home » Blog » 2014 » Analisis Kinerja Ekspor – Impor Indonesia dalam Sektor Ekonomi Kreatif Tahun 2013

16-06-14

Analisis Kinerja Ekspor – Impor Indonesia dalam Sektor Ekonomi Kreatif Tahun 2013



  • Bahasa Indonesia
  • English

Hasil analisis di atas menujukkan bahwa sebaiknya Indonesia FOKUS secara besar-besaran pada sektor Fashion dan Kerajinan, karena kedua sektor ini telah berkontribusi sekitar 80% pada Ekspor Ekonomi Kreatif. Selanjutnya strategi lain mengurangi impor produk kreatif yang telah menyebabkan defisit perdagangan yang besar seperti: film, video, fotografi, layanan komputer & software, melalui mengembangkan kemampuan dalam negeri.

Tentang validitas data saya “HARUS” percaya kepada lembaga resmi BPS yang mempublikasikan data secara nasional. Menurut keyakinan saya, jika berkaitan dengan data ekspor dan impor biasanya valid karena memang arus keluar-masuk barang secara resmi (kecuali penyelundupan) akan dilaporkan ke BPS. Yang menjadi masalah dari BPS, BUKAN pengumpulan data TETAPI jika berkaitan dengan kebijakan pemerintah seperti indikator kemiskinan, dll yang “disesuaikan” adalah batas garis kemiskinan yang tidak masuk akal dengan realitas dunia nyata. Itu makanya jika berkaitan dengan kemiskinan, saya biasa menggunakan indikator pembanding dari Bank Dunia.


Ajaran dari guru saya: Alm. Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetion, Guru Besar Statistika Terapan IPB, adalah:

“In God we trust; all others must bring data.”

Ajaran ini saya memperoleh lagi dari Alm. Prof. Dr. Matthias Aroef, Guru Besar Teknik Industri ITB (sering disebut sebagai Bapak teknik Industri di Indonesia, karena beliau yang mempelopori berdiri jurusan Teknik Industri di ITB tahun 1960-an dan yang pertama di Indonesia).

Ajaran di atas ternyata sama dengan Alm. Dr. William Edwards Deming yang menjadi Guru Manajemen Kualitas (disebut sebagai Father of Total Quality Management) yang sangat dihormati di Jepang, karena Dr. Deming yang membimbing bangsa Jepang agar maju dalam pengendalian kualitas setelah kekalahan dalam Perang Dunia II tahun 1945.

Sebagai seorang Lean Six Sigma Master Black Belt, saya menganut kredo yang berlaku dalam Lean Six Sigma, yaitu:

  • Kita tidak mengetahui apa yang kita tidak tahu,
  • Kita tidak akan bertindak terhadap apa yang kita tidak tahu,
  • Kita tidak akan mengetahui sampai kita mencari tahu,
  • Kita tidak akan mencari tahu untuk apa yang kita tidak menanyakan (bertanya),
  • Kita tidak menanyakan apa yang kita tidak mengukur,
  • Dengan demikian, maka kita hanya akan tetap menjadi tidak tahu!

Pada tahun 1891, ahli ilmu fisika Inggris Lord Kelvin menulis: “Bila Anda dapat mengukur apa yang Anda sedang membicarakan, dan menyatakan itu dalam bentuk angka-angka, maka Anda mengetahui sesuatu tentang itu; tetapi apabila Anda tidak dapat mengukurnya, dan apabila Anda tidak dapat menyatakan itu dalam bentuk angka-angka, maka pengetahuan Anda adalah tidak lengkap dan tidak memuaskan”.

Ungkapan lain yang berkaitan dengan pengukuran adalah:

  • Mengukur adalah untuk mengerti (memahami),
  • Memahami adalah untuk memperoleh pengetahuan,
  • Memperoleh pengetahuan adalah untuk memperoleh kekuasaan (power).
  • Karena sejak awal waktu kehidupan, hal-hal yang membedakan manusia dengan binatang adalah:
    • Kemampuan mengamati (observe), mengukur (measure), menganalisis (analyze), dan menggunakan informasi itu untuk membawa ke arah perubahan yang lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas, maka tampak betapa pentingnya mengumpulkan fakta-fakta, kemudian menganalisisnya, SEBELUM melakukan pembuatan keputusan-keputusan strategik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Itulah hakekat dari ilmu manajemen dan sistem.

Salam SUCCESS!

WordPress Tabs Free Version

Posted in
css.php