2016

Home » Blog » 2016 » Penilaian Kepelatihan

03-09-16

Penilaian Kepelatihan



  • Bahasa Indonesia
  • English

Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma Master Black Belt
ASQ CMQ/OE, CQE, CQA, CSSBB
APICS CFPIM, CSCP
IQF Six Sigma Master Black Belt
RAB-QSA CMSP

Salah satu profil utama dari organisasi pembelajaran (learning organization) adalah para manajer harus berperan sebagai pelatih (coach), mentor, dan fasilitator dalam pembelajaran terhadap karyawan. Kompetensi utama dari seorang pemimpin yang baik juga adalah kemampuan melatih bawahan untuk meningkatkan keterampilan profesional.

Integrated total quality talent management yang berorientasi pada peningkatan proses terus-menerus dan peningkatan sistem manajemen kinerja menekankan umpan-balik dan coaching untuk membantu karyawan mengembangkan potensi mereka secara penuh dalam bekerja. Umpan-balik dan coaching mengacu pada kegiatan formal dan dilakukan oleh manajer dan karyawan untuk mendukung kinerja individu dan team dalam upaya perbaikan atau peningkatan terus-menerus.

Umpan balik dan coaching dapat terjadi dalam dua cara, yaitu formal dan situasional. Pendekatan formal biasanya dilakukan melalui pertemuan yang dijadwalkan secara rutin untuk memonitor laporan kemajuan kinerja. Dalam pertemuan formal beberapa hal berikut dapat dilakukan:

  • Manajer menginformasikan kepada karyawan tentang kemajuan kinerja mereka untuk mencapai tujuan-tujuan strategik bisnis
  • Manajer mengkomunikasikan tentang hal-hal penting yang harus dilakukan oleh karyawan untuk mencapai kinerja bisnis yang ditetapkan
  • Manajer melakukan evaluasi kinerja karyawan dan memperoleh umpan balik dari karyawan berkaitan dengan kinerja mereka
  • Dan lain-lain

Coaching dan umpan-balik situasional biasanya bersifat informal dan dapat dilakukan secara terus-menerus serta lebih sering dibandingkan dengan coaching secara formal. Pendekatan coaching situasional ini mengacu pada diskusi informal antara manajer dan karyawan, atau bahkan di antara rekan kerja, mengenai tantangan yang dihadapi dalam pekerjaan sehari-hari. Coaching situasional dapat menjadi sarana yang ampuh dalam melakukan perbaikan-perbaikan cepat terhadap hal-hal yang mendesak harus dilakukan.

Umpan balik dan coaching yang efektif akan mampu mencapai beberapa tujuan, berikut:

  • Memotivasi karyawan untuk mencapai kinerja yang lebih baik melalui membantu karyawan memaksimumkan potensi mereka
  • Memperjelas target-target kinerja yang telah ditetapkan
  • Menanggapi kebutuhan karyawan untuk mengetahui bagaimana mereka harus melakukan terhadap spesifikasi target-target kinerja
  • Mengidentifikasi kesempatan-kesempatan peningkatan kinerja terus-menerus
  • Mengenali hambatan-hambatan yang ada dalam upaya peningkatan kinerja terus-menerus
  • Meruntuhkan batas-batas yang ada antara manajemen dan karyawan, sehingga meningkatkan kerja sama tim yang efektif
  • Menciptakan lingkungan yang mempromosikan diskusi terbuka dan pembelajaran terus-menerus
  • Dan lain-lain

Karena umpan-balik dan coaching merupakan komponen penting dalam sistem manajemen talenta yang berkualitas, maka manajer perlu melakukan evaluasi terhadap peranannya dalam melakukan coaching kepada karyawan.

Berkaitan dengan hal di atas Scott Martin dalam Silberman (2001) telah mengembangkan coaching inventory, sebagai suatu alat untuk membantu para manajer melakukan penilaian sejauh mana keterlibatan mereka dalam kegiatan coaching, mewujudkan filosofi coaching, dan menciptakan iklim yang kondusif untuk coaching.

Scott Martin mengembangkan dua model coaching inventory, yang diberi nama: coaching inventrory (self) yang diisi atau dijawab oleh para manajer dan coaching inventory (employee) yang diisi atau dijawab oleh karyawan. Coaching inventory (self) terdiri dari 35 pernyataan yang berkaitan dengan aktivitas coaching yang dilakukan oleh manajer dan berhubungan dengan tujuh kategori berikut:

  1. Komitmen menuju pengembangan profesional, berkaitan dengan komitmen manajer melakukan coaching kepada karyawan untuk kemajuan dan pengembangan karier mereka dalam organisasi.
  2. Komitmen menuju pengembangan kinerja, berkaitan dengan komitmen manajer melakukan coaching kepada karyawan untuk mencapai kinerja tertinggi.
  3. Penilaian, diagnosis, dan perencanaan, berkaitan dengan kemampuan manajer dalam menilai dan mendiagnosis kebutuhan untuk coaching bagi setiap karyawan, juga merencanakan coaching pada pertemuan yang akan datang.
  4. Melakukan pertemuan tatap muka dan memberikan umpan-balik, berkaitan dengan keterlibatan manajer dalam pertemuan tatap muka dengan karyawan dan kemampuan manajer dalam memberikan umpan-balik yang relevan secara langsung kepada karyawan.
  5. Kepedulian, berkaitan dengan kepedulian manajer terhadap kebutuhan karyawan termasuk rasa bangga dari karyawan ketika mengikuti coaching.
  6. Mendengar dan memberikan tanggapan, berkaitan dengan keterampilan manajer dalam mendengar secara hati-hati kepada karyawan dan memberikan tanggapan secara tepat selama pertemuan coaching.
  7. Implementasi dan tindak-lanjut, berkaitan dengan kemampuan manajer untuk bekerja sama dengan karyawan dalam menetapkan, mengimplementasikan, dan memantau rencana pengembangan sebagai hasil dari pertemuan dengan karyawan.

WordPress Tabs Free Version

Posted in
css.php