2016

Home » Blog » 2016 » SUCCESS Membangun KARIER Sebagai INTRAPRENEUR Dalam Bisnis Menggunakan PDCA Framework

SUCCESS Membangun KARIER Sebagai INTRAPRENEUR Dalam Bisnis Menggunakan PDCA Framework



  • Bahasa Indonesia
  • English

Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma Master Black Belt
American Society for Quality (www.asq.org) CMQ/OE. CQA, CSSBB, CQE, CQIA
American Production and Inventory Control Society (www.apics.org) CFPIM, CSCP
International Quality Federation (www.iqf.org) Six Sigma Master Black Belt
Registration Accreditation Board (www.exemplarglobal.org) Quality Management System Practitioner

Saya TELAH membuktikan bahwa PDCA Framework yang dikemukakan dalam Bagan 1 itu TELAH memberikan manfaat untuk SUCCESS di semua bidang apabila diterapkan secara benar dan konsisten. Bagaimanapun PDCA Framework HANYA berfungsi seperti dua “kartu Joker”, sedangkan apakah kita akan memenangkan permainan kartu (SUCCESS menjalani kehidupan) akan tergantung 100% pada pemain (pelaku kehidupan) itu sendiri.

Dalam tulisan berikut ini, saya akan membahas bagaimana kita akan SUCCESS membangun KARIER sebagai INTRAPRENEUR dalam dunia bisnis menggunakan kerangka kerja PDCA dengan berbagai elemen PENTING yang HARUS dimasukkan ke dalam KOTAK KOSONG agar terintegrasi dengan PDCA Management Framework itu. Dengan demikian, jika kita HANYA memahami PDCA Management Framework saja adalah TIDAK CUKUP, Karena KUNCI SUCCESS terletak pada strategi SUCCESS apa yang akan dimasukkan ke dalam “RUANG KOSONG” agar terintegrasi dengan PDCA Framework itu.

Banyak orang menyatakan bahwa pada saat sekarang ini SANGAT SULIT memperoleh pekerjaan dalam dunia bisnis di Indonesia, meskipun kita TELAH memiliki ijazah S1, S2, maupun S3 dari perguruan tinggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Saya menyatakan bahwa hal itu BENAR bagi mereka yang TIDAK memiliki KOMPETENSI dalam membangun BISNIS yang SUCCESS sebagai INTRAPRENEUR (professional yang akan mengelola perusahaan bisnis). Sesungguhnya dunia bisnis di Indonesia SANGAT membutuhkan banyak intrapreneur TETAPI untuk menjadi seorang intrapreneur TIDAK CUKUP hanya membaca puluhan atau ratusan buku-buku bisnis saja! Intrapreneur yang dibutuhkan BUKAN sekedar TAHU dan MAU menerapkan 7-Habit of Highly Effective People (Stephen Covey, 1989) seperti ditunjukkan dalam Bagan 2 saja. TETAPI Intrapreneur yang dibutuhkan semua bisnis di mana saja baik di Indonesia maupun di dunia adalah memiliki KOMPETENSI untuk “MENGHASILKAN UANG” seperti kartun dari Randy Glasbergen tentang The 7 Habits of Highly SUCCESSFUL PEOPLE yang ditunjukkan dalam Bagan 3.

 

Untuk mengurangi RISIKO dalam merekrut karyawan (yang BELUM memiliki KOMPETENSI sebagai INTRAPRENEUR), maka manajemen bisnis memperlakukan semua lulusan perguruan tinggi (apapun gelar S1, S2, dan/atau S3) yang BELUM memiliki “track record” sebagai intrapreneur akan ditempatkan pada POSISI pemula dalam management yang disebut sebagai Management Trainee (MT).

Banyak perusahaan memberikan nama yang indah dan nyaman didengar atau dicetak pada kartu nama dengan embel-embel Executive dan/atau PROFESSIONAL serta memberikan nama seperti: Executive Development Program (EDP), Leadership Development Program (LDP), dll TETAPI sesungguhnya semua itu adalah PEMULA dalam dunia bisnis yang MASIH HARUS belajar lagi baik di dalam ruang-ruang training dan on the job training selama masa 1-2 tahun agar membentuk pribadi-pribadi yang sesuai dengan KULTUR perusahaan bisnis dan memiliki KOMPETENSI sebagai seorang intrapreneur.

Sesungguhnya TIDAK menjadi masalah tentang penempatan seorang lulusan S1, S2, dan/atau S3 pada POSISI Trainee (Level 1, lihat Bagan 4), karena yang terpenting dari tulisan saya ini adalah bagaimana kita akan SUCCESS membangun karier sebagai seorang PROFESIONAL dalam dunia bisnis, agar mencapai POSISI PUNCAK baik sebagai Direktur atau posisi penting lainnya melalui memahami integrasi PDCA Framework dengan berbagai strategi bisnis di berbagai level atau posisi (mulai level paling bawah sampai level paling atas, lihat Bagan 5, 6 dan 7).



 

Tulisan saya ini ditujukan kepada mereka yang TIDAK bermasalah lagi dengan ATTITUDE, KNOWLEDGE, dan SKILLS, yang saya sebut sebagai EFEKTIVITAS KOMPETENSI , EC = A x K x S seperti ditunjukkan dalam Bagan 8. Perhatikan Bagan 8, di dalam bagan itu terdapat tiga tipe professional dalam dunia bisnis, yaitu: (1) memiliki EC (Effectiveness of Competence) = 0.5 (50%), yaitu: mereka yang BELUM UTUH sebagai sumber daya manusia karena masih bermasalah dengan Attitude (A), Knowledge (K), dan Skills (S), (2) memiliki EC = 1 (100%) yaitu mereka yang HANYA memahami bidang keahlian mereka secara mendalam dan memiliki KOMPETENSI penuh sebagai SDM dalam bidangnya saja, dan (3) memiliki EC lebih besar dari satu, bisa 2 (200%), 3 (300%), dstnya. Dalam Bagan 8 ini yang dimaksudkan dengan professional jenis nomor 3 ini adalah mereka yang memiliki MULTI SKILLS dan MULTI TALENTA, sehingga akan terus-menerus berkembang seiring dengan perjalanan waktu dan perpindahan posisi mereka mulai dari Trainee (1) menjadi Supervisor (2) menjadi Manager (3) menjadi General Manager (4) menjadi Director (5) dan berbagai posisi karier sebagai intrapreneur, dstnya.

 

Mengikuti PRINSIP perpangkatan dalam MATEMATIKA, perhatikan mereka yang berada pada professional jenis 1 dalam bisnis yang HANYA memiliki EC lebih kecil dari 1 (dalam contoh EC = 0.5 atau 50%), mereka akan CENDERUNG DIAM dan TIDAK PROAKTIF dalam perusahaan, Karena semakin tinggi POSISI (pangkat) maka hasil dari nilai EC mereka akan semakin rendah. Bayangkan jika EC seseorang HANYA 0.5; dan dia dipromosikan sebagai Director, maka nilai EC akan mendekati NOL artinya dalam dunia nyata orang ini TIDAK TAHU APA-APA! Demikian pula professional jenis 2 yang memiliki EC = 1; di manapun POSISI dia ditempatkan akan TETAP begitu-begitu saja, yaitu: HANYA TAHU dan AHLI di bidangnya saja. Tentu saja dalam perusahaan bisnis para professional jenis 1 dan 2 (EC < 1 dan EC = 1) akan STAGNAN dan TIDAK MUNGKIN mencapai SUCCESS KARIER.

Yang akan mencapai SUCCESS KARIER adalah para professional jenis 3 yang memiliki EC > 1, bisa 2, 3, 4, dstnya. Yang menarik dari prinsip MATEMATIKA tentang perpangkatan ini adalah semua bilangan apa saja apabila dipangkatkan NOL sama dengan 1, hal ini berarti apapun KOMPETENSI kita sepanjang kita DIAM, maka kita TIDAK BISA mengetahui kualitas dan profesionalisme seseorang dan jelas itu TIDAK diharapkan bagi mereka yang ber-KOMPETENSI. Memang LEBIH BAIK DIAM, jika nilai EC kita lebih kecil dari satu (E < 1), Karena begitu kita berbicara apalagi di bidang lain yang TIDAK dikuasai, maka akan ketahuan bahwa kita sesungguhnya TIDAK TAHU APA-APA sesuai hasil dari nilai EC yang dipangkatkan itu.

Jika demikian seperti uraian di atas, bagaimana saya bisa meningkatkan nilai EC agar lebih besar dari 1 (EC > 1) sehingga menjadi SDM Multi Talenta? TIDAK ADA CARA LAIN, kecuali: Belajar memperoleh KNOWLEDGE, kemudian mempraktekkan KNOWLEDGE itu agar menjadi SKILLS, dan pada saat yang sama melalukan perbaikan terus-menerus dalam ATTITUDE sesuai Lean Learning Formula yang ditunjukkan dalam Bagan 9, Karena sesungguhnya nilai EC = A x K x S. Jika seseorang TELAH mencapai POSISI yang lebih tinggi, maka seharusnya para professional bisnis itu berfungsi juga sebagai seorang COACH bagi posisi di bawahnya, dan hal ini HANYA mungkin diperoleh melalui belajar dan praktek seperti ditunjukkan dalam Bagan 10.

 

Wah jika mengikuti uraian di atas, betapa sulitnya untuk SUCCESS sebagai INTRAPRENEUR dalam dunia bisnis? YA SANGAT-SANGAT SULIT bagi mereka yang TIDAK PROFESIONAL, TETAPI bukan berarti TIDAK BISA atau TIDAK MUNGKIN, Karena berbagai strategi dalam tulisan ini maupun tulisan-tulisan saya yang lalu TELAH menunjukkan peta jalan menuju SUCCESS di berbagai bidang mengikuti PDCA Management Framework!

Juga agar diingat dalam dunia bisnis berlaku, semakin tinggi tanggung jawab akan diikuti pula dengan semakin besar REWARD & RECOGNITION (seperti gaji tinggi, fasilitas mobil mewah, fasilitas kesehatan VIP, dan berbagai fasilitas mewah lainnya).

MEMANG bagi mereka yang memiliki nilai EC lebih kecil atau sama dengan 1 (EC <= 1), maka berbagai fasilitas mewah itu TIDAK BISA dinikmati Karena mereka TIDAK BISA memenuhi tanggung jawab pada posisi tinggi yang diemban itu.

Hal ini menjadi fenomena menarik seperti ungkapan, mengapa berbagai mobil mewah di jalan raya sesungguhnya HANYA dinikmati oleh para sopir saja BUKAN dinikmati oleh para pemilik atau pemakai mobil mewah itu? Karena Reward & Recognition yang diberikan oleh perusahaan JAUH lebih besar daripada kinerja sang intrapreneur yang diberikan kepada perusahaan (COST untuk membiayai intrapreneur jauh lebih besar daripada BENEFIT yang diberikan oleh intrapreneur itu), sehingga para eksekutif professional menjadi STRESS (S1), STROKE (S2), dan mungkin S3 (STOP bernapas), LULUS SUMMA CUM LAUDE dari Universitas Kehidupan dengan GELAR TERTINGGI: ALM (Almarhum)!

Tulisan di atas diharapkan memberikan wawasan sekaligus menjadi TANTANGAN bagi mereka yang akan membina karier pemula sebagai INTRAPRENEUR dalam dunia bisnis! Sebagai kelanjutan dalam tulisan saya mendatang adalah: SUCCESS KEUANGAN (BEBAS FINANSIAL) mengikuti SUCCESS KARIER sebagai INTRAPRENEUR dalam dunia bisnis!

Tks. Salam SUCCESS.

WordPress Tabs Free Version

Posted in
css.php