2017

Home » Blog » 2017 » SUCCESS Keuangan Menggunakan PDCA Financial Management Framework (Bagian 2)

SUCCESS Keuangan Menggunakan PDCA Financial Management Framework (Bagian 2)



  • Bahasa Indonesia
  • English

Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma Master Black Belt
American Society for Quality (www.asq.org) CMQ/OE, CQA, CSSBB, CQE, CQIA
American Production and Inventory Control Society (www.apics.org) CFPIM, CSCP
International Quality Federation (www.iqf.org) Six Sigma Master Black Belt
Registration Accreditation Board (www.exemplarglobal.org) Quality Management System Practitioner

If you are born poor, it’s not your mistake. But if you die poor, it’s your mistake

Bill Gates

Pada Bagian 1 tentang SUCCESS Keuangan Menggunakan PDCA Management Framework, saya TELAH membahas perbedaan yang sangat signifikan antara FI (Financial Independence) yaitu orang-orang yang TELAH memperoleh kemandirian finansial versus FD (Financial Dependence) yaitu orang-orang yang MASIH tergantung dan bermasalah dengan keuangan. Sumber percekcokan dalam rumah tangga karena masalah keuangan paling banyak terjadi pada mereka yang tergolong ke dalam Financial Dependence. Demikian pula banyak pernyataan NEGATIF tentang uang, seperti: uang adalah akar dari segala kejahatan (CATATAN VG: uang BUKAN akar dari segala kejahatan, TETAPI CINTA uang dan menjadikan kita sebagai hamba/budak uang yang menjadi akar dari segala kejahatan), uang sebagai sumber perebutan warisan, uang adalah sumber pertengkaran dalam keluarga, dll datang dari mereka yang memperlakukan uang sebagai TUJUAN UTAMA dan merupakan segala-galanya dalam kehidupan ini.

Pada tulisan terdahulu saya telah menyatakan bahwa uang HANYA sebagai alat (BUKAN TUJUAN) untuk membantu kita mencapai Visi, Misi, Nilai-nilai dan Prinsip-prinsip, sehingga SUCCESS Keuangan BUKAN sekedar memiliki banyak uang TETAPI apakah kebebasan atau kemandirian finansial itu akan MAMPU merealisasikan Visi, Misi, Nilai-nilai dan Prinsip-prinsip kita yang disebut sebagai Kompas Kehidupan (True North) itu, Dengan kata lain SUCCESS Keuangan akan memudahkan kita mencapai kemandirian untuk merealisasikan True North seperti ditunjukkan dalam Bagan 1.

Perbedaan yang paling mendasar lain dari Financial Independence (FI) adalah penghargaan terhadap waktu, sehingga sering dikenal pernyataan: Waktu adalah Uang (Time is Money).

Waktu adalah uang (time is money) merupakan suatu konsep untuk menjelaskan “opportunity cost”, di mana waktu adalah sumber daya yang paling berharga dan adil yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa secara sama banyak (60 detik per menit, 60 menit per jam, 24 jam per hari, 7 hari per minggu, dst), kepada setiap manusia dengan maksud agar sumber daya yang terbatas itu dapat dipergunakan secara efektif dan efisien untuk mengubah nasib kita menjadi lebih baik.

Banyak orang GAGAL tidak memanfaatkan secara efektif dan efisien sumber daya waktu yang TERBATAS ini untuk melakukan perbaikan terus-menerus, karena mereka menganggap waktu HANYA sekedar tanda untuk melakukan aktivitas rutin setiap hari, seperti: berangkat ke kantor jam 5:30 pagi, sarapan pagi di kantor jam 7:00 pagi, istirahat makan siang jam 12:00 – 13:00, pulang kantor jam 17:00, tidur malam jam 22:00, bangun pagi jam 03:30, dstnya berulang terus-menerus sepanjang waktu. Bagi orang-orang SUCCESS waktu adalah OPPORTUNITY for Financial Improvement (Kesempatan untuk Peningkatan Keuangan Terus-menerus), sedangkan bagi orang-orang GAGAL waktu HANYA sekedar melakukan aktivitas-aktivitas rutin yang TIDAK berdampak besar pada keuangan mereka.

Dengan kata lain orang GAGAL memiliki manajemen waktu yang BURUK sehingga mereka selalu bekerja dalam Kuadran I, bahkan banyak orang yang terperangkap dalam Kuadran III dan IV. Sedangkan orang-orang SUCCESS yang TELAH memahami dan menerapkan PDCA Time Management Framework secara benar dan konsisten akan bekerja dalam Kuadran II seperti ditunjukkan dalam Bagan 2.

 

Demikian pula terdapat korelasi POSITIF yang sangat SIGNIFIKAN antara keterampilan dalam manajemen waktu dan manajemen keuangan, dalam arti jika seseorang MAMPU mengelola waktu secara EFEKTIF dan EFISIEN akan berkorelasi positif dengan pengelolaan keuangan yang juga efektif dan efisien. Ada kecenderungan mereka yang memiliki kebiasaan bekerja dalam Kuadran II untuk manajemen waktu juga akan mengelola keuangan mereka dalam Kuadran II, yaitu: mengandalkan pendapatan PASIF untuk mengumpulkan atau membeli aset-aset PRODUKTIF (Lihat Bagan 3).

 

PRINSIP MANAJEMEN KEUANGAN

Saya pertama kali belajar Manajemen Keuangan (Financial Management) ketika mengikuti kuliah program Doktor Teknik Sistem dan Manajemen Industri di ITB. Ketika itu banyak mahasiswa yang FOKUS belajar pada analisis-analisis keuangan (rasio-rasio keuangan) yang memang sering dijadikan bahan analisis dan diskusi. TETAPI saya lebih memfokuskan belajar pada Prinsip-prinsip Dasar dari Manajemen Keuangan yang berfokus pada tiga hal utama, yaitu: (1) Cashflow (Arus Kas), (2) Income Statement (Laporan Rugi-Laba), dan (3) Balance Sheet (Neraca Keuangan).

Karena ketika itu saya TELAH menggunakan PDCA Management Framework dalam belajar agar SUCCESS KULIAH (IP = 4,0 dari ITB), maka saya membuat PDCA Financial Management Framework seperti ditunjukkan dalam Bagan 4. Demikian pula sesuai prinsip dari Lean Learning Formula, bahwa kita akan memperoleh KOMPETENSI, jika kita menerapkan ilmu pengetahuan itu ke dalam diri kita agar terinternalisasi untuk menciptakan perubahan dari MINDSET yang berbasis ilmu pengetahuan itu, kemudian menjadi ATTITUDE, HABITS dan CHARACTER dan/atau diterapkan pada tempat kerja kita pada setiap kesempatan yang ada.

 

Dalam ilmu manajemen keuangan, prinsip Cashflow (Arus Kas) berkaitan dengan arus keluar-masuk uang, sehingga dalam kasus diri kita dan/atau rumah tangga kita hal itu berkaitan dengan pemasukan dan pengeluaran kita setiap waktu (bisa harian, mingguan, bulanan, triwulan, dstnya). Cashflow akan dibahas di akhir tulisan ini.

Prinsip Income Statement (Laporan Rugi-Laba) dalam perusahaan akan berkaitan dengan semua laporan pendapatan yang diterima dikurangi dengan semua pengeluaran selama periode waktu tertentu (biasanya setiap bulan). Di mana akan ada laporan pendapatan pada bagian atas (Top Line), kemudian diikuti dengan semua biaya, dan pada bagian bawah (Bottom Line) akan ada keuntungan bersih (Net Profit).

Hal itu berlaku untuk perusahaan, TETAPI untuk kehidupan pribadi dan/atau rumah tangga akan ada SAVING (Tabungan), jika semua pendapatan dikurangi pengeluaran masih bernilai POSITIF. Sebaliknya jika pengeluaran lebih besar daripada pendapatan, maka dalam kehidupan pribadi dan/atau rumah tangga PASTI akan ada HUTANG pada akhir bulan yang biasanya bisa ditutupi melalui berhutang ke pihak lain atau menggunakan KARTU KREDIT yang akan dibayar pada waktu yang akan datang (tergantung kapan kita mau melunasinya).

KESALAHAN TERBESAR dari mereka yang terjebak HUTANG, adalah menggunakan KARTU KREDIT secara TIDAK BENAR dan menganggap kartu kredit itu sebagai “sumber pendapatan” atau “alat untuk mengatasi masalah kekurangan uang”, sehingga orang-orang yang TIDAK CERDAS Finansial akan menggunakan banyak kartu kredit dari berbagai bank dan ketika membayar tagihan kartu kredit, maka yang dipilih adalah membayar CICILAN MINIMUM hanya 10% dari total tagihan. Mereka TERLENA yang pada akhirnya terlilit dengan bunga ber bunga (bunga majemuk) terhadap pokok hutang yang terakumulasi terus sehingga menjadi: Total Hutang Pada Bulan Berjalan ditambah Bunga yang tinggi pada pokok HUTANG itu.

Orang-orang yang CERDAS Finansial, TIDAK AKAN menggunakan KARTU KREDIT atau HANYA menggunakan kartu kredit secukupnya pada keperluan tertentu seperti menginap di hotel, membeli atau memesan barang dari luar negeri dan PASTI akan membayar sekaligus (100%) ketika jatuh tempo atau waktu penagihan, Karena pada saat itu tagihan tidak dikenakan bunga (selama satu bulan berjalan penggunaan kartu kredit adalah bebas bunga).

Saya pribadi sering kali “merasa PRIHATIN”, ketika didatangi orang-orang yang TIDAK CERDAS Finansial ini kepada saya untuk meminta didoakan agar Tuhan membayar/melunasi semua hutang-hutang mereka. DOA seperti ini TIDAK AKAN dikabulkan oleh Tuhan, karena Tuhan ingin mengajarkan kepada kita agar BIJAKSANA tentang penggunaan uang dan Belajar serta MENERAPKAN Manajemen Keuangan yang BENAR dan KONSISTEN!

Prinsip Balance Sheet (Neraca) berkaitan dengan manajemen Aset (Total Assets) vs. Hutang + EKUITAS (Liabilities + Equity) yang disebut Total Liabilities & Equity. Saya biasa menggunakan Balance Sheet rumah tangga sebagai alat manajemen untuk mengelola Total Aset (Aset Produktif + Aset Non-Produktif) vs. Hutang (yang diperhitungkan secara matang berdasarkan ROI = Return on Investment) PLUS Kekayaan Bersih (Net Worth).

Jika dalam perusahaan Total Aset dibagi ke dalam dua hal, yaitu: Harta Lancar dan Harta Jangka Panjang atau Harta Tetap, maka dalam keuangan pribadi saya membagi sebagai Total Aset = Harta Produktif + Harta Non-Produktif.

Dengan demikian berdasarkan Balance Sheet (Neraca), maka kita bisa membuat persamaan KEKAYAAN BERSIH (Net Worth) atau disebut sebagai Persamaan Neraca (lihat Bagan 5) sebagai berikut:

KEKAYAAN BERSIH = Harta Produktif + Harta Non-Produktif – Hutang.

 

Jelas dari persamaan neraca (diambil dari Balance Sheet) di atas, kita mengetahui bahwa MISKIN atau KAYA bukan berdasarkan NASIB BAIK atau NASIB BURUK, atau memelihara TUYUL atau pergi ke Gunung Kawi di Pulau Jawa, dll, TETAPI jika kita ingin kaya, maka kita HARUS menerapkan PDCA Financial Management Framework pada persamaan KEKAYAAN BERSIH (Net Worth) itu, melalui: (1) Meningkatkan Harta PRODUKTIF (minimum 80%, lebih besar lebih baik) sebagai Sumber Pendapatan PASIF, (2) Mengurangi atau mempertahankan Harta NON-PRODUKTIF secukup saja (maksimum 20% atau lebih kecil lebih baik), dan (3) Mengurangi atau mempertahankan HUTANG BAIK bukan HUTANG KONSUMSI (CATATAN VG: Hutang Konsumsi adalah Hutang BURUK) berdasarkan analisis ROI (Return on Investment) dari Hutang Baik (Hutang untuk membeli Aset PRODUKTIF).

Apa yang dimaksud dengan analisis ROI (Return on Investment)? akan dijelaskan kemudian.

Banyak orang bertanya mengapa saya santai saja TETAPI bisa mencapai kemandirian finansial?

Saya bercanda menjawab bahwa saya memelihara banyak “TUYUL” dan “TUYUL-TUYUL” saya itu adalah Aset-aset PRODUKTIF yang SANGAT AKTIF menciptakan uang sendiri yang dinamakan PENDAPATAN PASIF. Hal ini yang sering dikatakan sebagai kita mempekerjakan uang (Harta PRODUKTIF) kita untuk mencari uang bagi kita (PENDAPATAN PASIF), sehingga kita memiliki banyak waktu luang untuk bersantai dan/atau melakukan aktivitas PRODUKTIF sesuai keinginan kita agar mencapai Visi, Misi, Nilai-nilai dan Prinsip-prinsip yang TELAH menjadi KOMPAS KEHIDUPAN (True North) itu.

Kemudian saya mengelola HUTANG BAIK (berhutang untuk menambah aset-aset PRODUKTIF) secara DISIPLIN, sehingga otomatis persamaan KEKAYAAN (atau persamaan NERACA, lihat Bagan 5) akan bertambah meningkat setiap tahun.

Atau dalam Bahasa ilmu peternakan dan sebagai seorang sarjana peternakan (S1 Peternakan Universitas Nusa Cendana Kupang – NTT, S2 Statistika Terapan Institut Pertanian Bogor, S3 Teknik Sistem dan Manajemen Industri Institut Teknologi Bandung), maka saya beternak “HARTA PRODUKTIF” atau beternak uang BUKAN beternak sapi, kambing, ayam, dll.

Prinsip beternak uang pada dasarnya sama dengan beternak sapi, yaitu menambah terus-menerus induk sapi (Aset Produktif) agar melahirkan terus-menerus anak-anak sapi (Pendapatan PASIF untuk membeli lagi Harta PRODUKTIF). Demikian seterusnya diterapkan secara BENAR dan KONSISTEN!

Dari penjelasan di atas, tampak JELAS bahwa KOMPETENSI dalam Menerapkan Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, akan MAMPU memberikan NILAI persamaan KEKAYAAN yang meningkat terus-menerus. Juga KOMPETENSI dalam manajemen keuangan akan membawa kita SUCCESS mencapai karier tertinggi di dunia bisnis dan industri, Karena yang dibutuhkan oleh Top Management dan/atau shareholders adalah seorang intrepreneur yang MAMPU (Memiliki KOMPETENSI) menciptakan PROFITABILITY bagi perusahaan. Bahasa komunikasi dalam dunia bisnis dengan pihak owner/share holders adalah bahasa Keuangan, bukan hal-hal teknis seperti mesin-mesin sering rusak, dll. Jika ingin maju dalam dunia bisnis dan industri HARUS memiliki KOMPETENSI dalam hal manajemen keuangan agar setiap laporan atau aktivitas kita dapat ditunjukkan berdasarkan pertimbangan COST and BENEFIT yang berdampak langsung pada hal-hal yang berkaitan dengan manajemen keuangan (Cashflow, Income Statement, and Balance Sheet).

Pada dasarnya seorang intrepreneur (seseorang yang terlibat dalam manajemen professional) adalah seseorang yang berperilaku seperti seorang entrepreneur (wira usaha) yang sedang mempekerjakannya. Intrepreneur memiliki EFEKTIVITAS KOMPETENSI (Effectiveness of Competence = Attitude x Knowledge x Skills) yang MAMPU mengembangkan ide-ide mereka ke dalam manajemen untuk menghasilkan kemampuan menciptakan laba (PROFITABILITY) bagi perusahaan, Sehingga seorang intrepreneur memiliki perilaku yang sama dengan entrepreneur yaitu: memiliki motivasi mandiri (intrinsic motivation), KREATIF, dan memiliki kemampuan berpikir di luar kotak (outside of the box).

Banyak manajer Indonesia yang belum berperilaku seperti seorang intrepreneur, TETAPI kebanyakan dari mereka MASIH atau HANYA berperilaku sebagai seorang upahan (karyawan yang menerima gaji saja setiap bulan) dari perusahaan TANPA peduli apakah perusahaan itu memperoleh laba atau rugi, atau TANPA PEDULI apakah BENEFIT yang diberikan oleh mereka kepada perusahaan TELAH jauh lebih besar daripada COST yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membayar gaji, tunjangan, bonus, dan berbagai fasilitas lainnya termasuk ruangan kantor yang disediakan oleh perusahaan kepada mereka.

Selanjutnya apabila kita mengikuti Saran Anthony Robbins, maka kita HARUS melakukan tiga hal berikut, yaitu: (1) kita menarik uang melalui HARTA PRODUKTIF yang menciptakan PENDAPATAN PASIF (boleh ditambahkan pendapatan AKTIF melalui bekerja sebagai professional), (2) kita mengelola uang kita secara bijaksana mengikuti prinsip-prinsip Manajemen Keuangan yang BENAR dan menerapkannya secara KONSISTEN, dan (3) kita HARUS menyumbangkan sebagian uang kita itu kepada orang-orang lain yang TEPAT dan ingin SUCCESS juga agar kita memperoleh kegembiraan yang dahsyat (tremendous joy).

Berdasarkan Income Statement (Laporan Rugi-Laba) secara pribadi dan/atau rumah tangga, maka kita bisa mengklasifikasikan seseorang dan/atau rumah tangga ke dalam tiga kelompok berikut:

  • Pertama, kelompok bebas finansial (FI = Financial Independence), apabila pendapatan bersih (Saving) telah jauh lebih besar daripada nol, yang berarti pendapatan (AKTIF + PASIF) telah jauh lebih besar daripada pengeluaran. Untuk mempercepat kebebasan finansial, kita dapat melakukan penghematan dalam pengeluaran terhadap aset-aset konsumsi (Harta NON-PRODUKTIF) sekaligus pada saat yang sama kita meningkatkan atau menambah aset-aset produktif agar memberikan kontribusi lebih besar kepada “passive income”.
  • Kedua, kelompok “stress” apabila pendapatan bersih (Saving) sama dengan atau mendekati nol, yang berarti pendapatan dan pengeluaran hampir sama, sehingga tidak ada hasil pendapatan yang bisa diinvestasikan.
  • Ketiga, kelompok penderitaan, apabila pendapatan bersih (Saving) lebih kecil daripada nol, yang berarti pengeluaran jauh lebih besar daripada pendapatan, sehingga HARUS menutupi kekurangan itu melalui HUTANG.

Kelompok 1 disebut sebagai Financial Indepencence, sedangkan kelompok ke-2 dan ke-3 disebut sebagai Financial Dependence (Lihat Bagan 6 dan 7).

 

PRINSIP INVESTASI

Investasi adalah aktivitas rasional menggunakan ilmu pengetahuan manajemen investasi BUKAN berdasarkan perasaan atau hal-hal lain yang bersifat TIDAK rasional. Saya pribadi selalu mengukur apakah kita layak berinvestasi atau tidak menggunakan indikator ROI (Return on Investment). Jika saya ingin berinvestasi dalam training, maka ukuran yang dipergunakan adalah: ROTI (Return on Training Investment), dll. Menggunakan ukuran ROI, maka kita sekaligus mempertimbangkan COST EFFECTIVENESS (Benefit HARUS lebih besar daripada COST), sehingga kita TIDAK terjebak pada pertimbangan Biaya (COST) semata. Misalnya: Belajar untuk memperoleh Sertifikasi KOMPETENSI dari ASQ (the American Society for Quality) HARUS mengeluarkan biaya sampai puluhan juta rupiah akan menjadi EFEKTIF jika ROTI (Return on Training Investment) mampu mencapai katakanlah dalam jangka panjang mencapai 200%, 300%, 400%, dstnya. Dalam kasus ini ROTI digunakan sebagai ukuran investasi jangka panjang dalam pengembangan diri kita agar menjadi seorang intrepreneur yang SUCCESS dalam karier di dunia bisnis dan industri.

Formula investasi yang saya gunakan (dibuat sendiri untuk penggunaan pribadi, lihat Bagan 8) adalah:

Expected ROI per year (%) = [Expected Capital Gain + (Waiting Time x Expected Yield/year dalam persentase terhadap nilai investasi awal}] / Number of years During Lead Time.

Catatan: Capital Gain adalah selisih nilai bersih antara harga penjualan terhadap harga pembelian (nilai investasi awal).

 

Selanjutnya saya akan membuat keputusan berinvestasi pada produk investasi, hanya jika Expected ROI per year (%) TELAH lebih besar daripada [(Interest Loan (%) + Risk Consideration (%)]. Perhatikan keputusan investasi ini menggunakan bunga pinjaman dari bank (%) per tahun ditambah pembebanan risiko per tahun (%). Risiko per tahun bisa disamakan dengan pembayaran premi asuransi untuk memperoleh kembali produk investasi itu jika mengalami kegagalan.

CATATAN: meskipun kita menggunakan dana kas (uang tunai) milik kita sendiri (tanpa pinjaman dari bank) TETAPI akan lebih baik apabila kita menggunakan perhitungan bunga pinjaman dari bank yang secara OTOMATIS lebih tinggi daripada sekedar bunga deposito bank.

Banyak orang menyatakan bahwa investasi itu berisiko. Saya selalu menyatakan bahwa HIDUP kita itu juga berisiko, kita bisa saja tertabrak mobil di jalan raya dan meninggal seketika setiap saat, jika kita TIDAK berhati-hati. Sebagai seorang Ahli Statistika, risiko itu bisa diperhitungkan berupa probabilitas terjadi risiko itu, dan kita SELALU memperhitungkan melalui membebankan suatu besaran premi risiko (%). Jika takut produk investasi kita “hilang” misalnya karena kebakaran, gempa bumi, dll, maka bisa dikenakan asuransi kebakaran, asuransi gempa, dll pada produk investasi itu.

Tampak jelas bahwa menyimpan uang dalam bentuk DEPOSITO PASTI akan memperoleh ROI (Return on Investment) yang lebih rendah dari formula investasi di atas (lihat Bagan 8), Karena DEPOSITO tidak memiliki Capital Gain, hanya memiliki yield per tahun sebesar 80% x bunga deposito (catatan: 20% adalah pajak dari bunga deposito). Investasi EMAS, TANAH, mungkin akan memiliki Capital Gain TETAPI tidak memiliki yield per tahun KECUALI EMAS atau TANAH itu disewakan. Orang-orang akan memperoleh sekaligus Capital Gain plus Yield per tahun biasanya dari investasi PROPERTY mahal seperti: Condotel bintang 5 atau minimum bintang 4-Plus, Ruko di lokasi strategis, dll. Demikian pula berinvestasi jangka panjang dalam saham-saham BLUE CHIPS juga akan memperoleh Capital Gain plus Yield per tahun.

Banyak orang di Kupang – NTT bertanya kepada saya mengapa ada orang yang menjual TANAH lalu membeli angkutan kota (di Kupang dinamakan BEMO asal kata dari: BEcak MOtor, sedangkan kondektur bemo dinamakan KONJAK asal kata: KONdektur JAKarta; berdasarkan pengalaman saya sebagai sopir bemo selama 1974-1979 di Kupang NTT) selalu menjadi BANGKRUT? Di mana TANAH dan BEMO menjadi hilang?

Saya menjawab secara TEGAS bahwa orang yang menjual TANAH dan membeli angkutan kota (BEMO) itu TIDAK CERDAS FINANSIAL dan menyalahi prinsip investasi yang BENAR! Karena seharusnya orang itu bisa memperoleh CAPITAL GAIN dari TANAH tetapi dia mengorbankannya dengan membeli angkutan kota (BEMO) yang memiliki nilai MINUS dalam CAPITAL GAIN! INGAT: Mobil atau kendaraan apa saja akan berkurang NILAI (CAPITAL LOSS) setelah mobil itu ke luar dari show room.

Demikian pula seorang manajer yang melakukan KPM (Kredit Pemilikan Mobil) menggunakan PENDAPATAN AKTIF sesungguhnya ia sedang menciptakan masalah FINANSIAL bagi dirinya! Mengapa demikian? Jika sang manajer itu berperilaku sebagai seorang intrepreneur professional, maka seharusnya dia mengejar SUCCESS KARIER (sampai General Manager atau Director) agar memperoleh fasilitas mobil kantor yang mewah, sementara PENDAPATAN AKTIF dibelikan pada ASET PRODUKTIF untuk menciptakan pendapatan pasif agar total pendapatan (AKTIF + PASIF) meningkat terus-menerus setiap tahun.

Jika demikian apakah kita tidak boleh melakukan KPR (Kredit Pemilikan Rumah)? Saya sewaktu baru bekerja pertama kali pada tahun 1991, meskipun MASIH sebagai seorang Management Trainee (MT) juga melakukan Kredit Rumah di kompleks perumahan mewah TETAPI segera melakukan proses pelunasan CEPAT melalui bekerja keras mencari uang agar segera LUNAS.

Saya menggunakan prinsip pertama kali mengikat kontrak kredit selama 15 tahun TETAPI proses pelunasan HARUS maksimum 5 tahun. Kemudian melakukan kredit lagi dengan agunan yang telah lunas itu untuk membeli ASET PRODUKTIF selama kontrak kredit 15 tahun lagi TETAPI HARUS SEGERA melunasi lagi dalam jangka waktu maksimum 5 tahun. Perhatikan strategi pelunasan kredit yang dipercepat dalam Bagan 9, di mana orang lain selama 15 tahun baru memperoleh Satu Aset, sedangkan saya TELAH mengumpulkan Tiga Aset Produktif.

 

Mengikuti Prinsip Investasi, semakin muda usia kita berinvestasi, maka akan semakin BAIK, karena di samping kita akan MAMPU mengumpulkan Aset PRODUKTIF yang banyak juga kita akan memperbaiki STRUKTUR PENDAPATAN (PASIF + AKTIF) mengikuti Bagan 10. Dengan demikian ketika kita pensiun di usia 56 tahun, maka Pendapatan PASIF kita telah mencapai 100% dan Pendapatan AKTIF telah mencapai 0%.

 

Jika kita MASIH bekerja pada usia 56 tahun ke atas, maka pekerjaan itu BUKAN lagi untuk mencari uang TETAPI hanya meluangkan waktu untuk kegiatan PRODUKTIF saja (Tanpa Mencari Uang lagi) sambil menunggu SUCCESS KEMATIAN (Tulisan di batu nisan: TIDAK ADA PENYESALAN) untuk Melanjutkan SUCCESS Kehidupan Abadi di Sorga! Banyak orang yang MASIH bermasalah dengan keuangan ketika masa pensiun dan mereka masih HARUS bekerja untuk mencukupi kebutuhan keuangan mereka.

MENGATUR ARUS KAS UNTUK KEMANDIRIAN FINANSIAL

Arus kas (Cashflow) bulanan setiap tahun dapat diatur menggunakan Bagan 11.

 

Kemudian kita HARUS menciptakan suatu sistem manajemen keuangan dan investasi yang bekerja secara otomatis untuk memandirikan kita secara finansial seperti ditunjukkan dalam Bagan 12.

 

Sebagai seorang ahli Teknik Sistem dan Manajemen Industri, saya SELALU percaya jika kita MAMPU menciptakan SISTEM yang handal dan otomatis berfungsi dengan baik, maka kita akan menjadi SUCCESS apa saja menggunakan Sistem itu. Tampak bahwa Kerangka Manajemen PDCA dapat diterapkan pada semua manajemen (manajemen keuangan, manajemen sumber daya manusia, manajemen produksi dan operasional, manajemen kualitas, manajemen rumah tangga, manajemen organisasi apa saja, dll) melalui menempatkan prinsip-prinsip manajemen yang benar ke dalam “kotak (ruang) kosong” dari PDCA Management Framework itu dan menerapkannya secara KONSISTEN. Saya mengibaratkan PDCA Management Framework ini sebagai rumah mewah atau istana, sedangkan “ruang kosong” itu adalah ruangan untuk menempatkan berbagai peralatan dan fasilitas, sehingga kita TIDAK terjebak HANYA sibuk dengan peralatan TETAPI tanpa rumah. Atau sibuk bermain sepak bola dengan berbagai strategi dan taktik, TETAPI tidak ada tiang gawang dan lapangan sepakbola pun TIDAK memenuhi standar permainan sepak bola yang profesional.

Demikian kunci SUCCESS Keuangan menggunakan prinsip-prinsip manajemen keuangan dan investasi yang diterapkan secara BENAR dan KONSISTEN menggunakan PDCA Management Framework itu.

Terima Kasih. Salam SUCCESS.

WordPress Tabs Free Version

Posted in
css.php