2014

Home » Blog » 2014 » “Tanda-tanda” Awal Menuju Krisis Ekonomi Indonesia.

08-12-14

“Tanda-tanda” Awal Menuju Krisis Ekonomi Indonesia.



  • Bahasa Indonesia
  • English

“HARAP TENANG, tidak apa-apa fundamental ekonomi kita KUAT, pemerintah sedang membenahi semua permasalahan MAFIA migas, Ilegal Fishing, penghematan anggaran, bla bla bla, dst”. Itu bakalan pernyataan dari Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, Gubernur BI, dan pejabat pemerintah lainnya di televisi dan media massa seperti ketika awal krisis ekonomi pada tahun 1998!

Jika benar-benar pernyataan seperti di atas muncul secara bersamaan dari pejabat pemerintah Indonesia di televisi dan media massa, maka itu adalah “tanda-tanda” bahwa Indonesia akan memasuki “KRISIS EKONOMI” seperti pada keadaan tahun 1998!

Pelaku bisnis dan mereka yang CERDAS FINANSIAL/EKONOMI MAKRO telah memprediksi bahwa memang Rupiah akan TERUS-MENERUS MELEMAH jika akar permasalahan DEFISIT transaksi berjalan (current account) terus-menerus meningkat, HUTANG Luar Negeri dalam bentuk USD terus-menerus meningkat, dan pembayaran CICILAN POKOK + Bunga Hutang terus-menerus meningkat. Pada saat yang sama ada kebijakan dari Pemerintah USA untuk menaikkan suku bunga USD di Amerika Serikat ditambah keadaan ekonomi Amerika semakin membaik SEHINGGA dollar Amerika (USD) yang “berkeliaran” di pasar-pasar dunia akan “pulang kampung” ke Amerika Serikat.

Tanda-tanda KRISIS Ekonomi: Diawali dari Rupiah melemah terus-menerus, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun secara SIGNIFIKAN, suku bunga bank (tabungan maupun pinjaman atau kredit) meningkat, harga-harga meningkat, dan seterusnya yang ditandai dengan “KEPANIKAN”!

Bagi pelaku bisnis dan mereka yang CERDAS FINANSIAL/EKONOMI MAKRO, maka merupakan OPPORTUNITY untuk berinvestasi di pasar modal dengan cara membeli saham-saham “blue chips” karena telah berharga MURAH, simpan saja sampai menunggu HARGA NAIK Minimum 100-200% setelah perekonomian makro Indonesia kembali membaik!


http://keuangan.kontan.co.id/news/cadangan-devisa-di-november-2014-turun

Yang dimaksud dengan pernyataan: Pengendalian Moneter oleh pihak Bank Indonesia di dalam artikel yang dipublikasikan oleh Kontan Online (Media Bisnis & Ekonomi) adalah Intervensi BI di pasar uang untuk membeli VALAS (terutama USD) agar Rupiah JANGAN terus-menerus melemah!

Terbukti KURS USD-IDR selama November 2014 “seolah-olah” STABIL di angka USD 1 = Rp. 12.100 meskipun telah dikeluarkan uang yang CUKUP BANYAK sehingga mengakibatkan cadangan devisa berkurang sekitar USD 900 juta.

Tetapi mengapa memasuki bulan Desember 2014 Rupiah terus-menerus MELEMAH?. Ini tanda-tanda bahwa Intervensi BI untuk Pengendalian Moneter (Beli USD di pasar uang) semakin TIDAK EFEKTIF!

Apakah BI “berani” terus-menerus menguras cadangan devisa yang ada HANYA sekedar untuk keperluan pengendalian MONETER (beli USD di pasar uang)?

Sekedar diketahui bahwa cadangan devisa yang USD 111,1 Milyar itu HANYA CUKUP untuk membayar CICILAN Utang Jangka Pendek selama 2 kali (dua bulan) saja!


Seperti saya kemukakan sebelumnya bahwa menaikkan harga BBM adalah TINDAKAN DARURAT! Akar permasalahan adalah HARUS SEGERA memperbaiki atau menutup DEFISIT Transaksi Berjalan (Impor lebih besar dari Ekspor) yang terus-menerus MENINGKAT! Memang menaikkan harga BBM akan mengurangi SUBSIDI yang secara DARURAT bisa menyelamatkan perekonomian makro. Tetapi HARUS Fokus pada akar permasalahan pada DEFISIT Transaksi Berjalan (Impor meningkat TETAPI ekspor stagnan atau menurun) yang meningkat terus-menerus itu. Saya BELUM melihat kebijakan STRATEGIS (jangka pendek, menengah, maupun panjang) yang diberitahukan kepada publik dari pemerintahan Jokowi-JK untuk menutupi SEGERA Defisit Transaksi Berjalan yang menjadi akar permasalahan dari semua masalah ekonomi dan keuangan Indonesia.

Tapi, saya TETAP OPTIMIS akan ada perbaikan di masa pemerintahan JOKOWI-JK ASALKAN ia mampu menggunakan orang-orang ahli yang “BERSIH dan Memiliki Hati Nurani” untuk memajukan Indonesia. Kita HARUS memberikan kesempatan MINIMUM 1 (satu) tahun untuk melakukan pembenahan terhadap perekonomian makro Indonesia yang TELAH MEMBURUK sejak 2012 itu. Memang sayang mantan Presiden SBY “membiarkan” perekonomian makro Indonesia memburuk sejak 2012 sampai Oktober 2014.

Dan justru di tahun 2015 itu semua tumpukan masalah yang telah dimulai sejak tahun 2012 itu akan meledak! Dalam situasi DARURAT, pemerintah HARUS menjaga agar kebutuhan bahan-bahan POKOK tetap tersedia (apapaun harus dilakukan) untuk menjaga “KETIDAK-PANIKAN” sehingga berbagai upaya STRATEGIS yang berfokus pada akar permasalahan ekonomi makro Indonesia bisa berjalan EFEKTIF. Karena dalam situasi “KEPANIKAN” seperti kelangkaan bahan-bahan pokok maka keadaan 1998 benar-benar akan terjadi. Memang susah menjadi “wong cilik” pada negara yang dikelola oleh pemerintahan yang TIDAK MEMILIKI sistem jaminan sosial yang baik seperti di negara-negara maju. Di Indonesia ini yang terjadi: “Orang-orang Kaya Semakin Kaya, sedangkan Orang-orang Miskin Semakin Miskin” KARENA kebijakan pemerintah yang SALAH KELOLA!


Kalau di Indonesia memang “sengaja” dibuat memburuk untuk kepentingan segelintir orang agar ada kesempatan KORUPSI.

Lihat saja tentang masalah Anggaran SUBSIDI BBM yang dibuat SEMAKIN meningkat TERUS-MENERUS sepanjang tahun sejak era pemerintahan SBY-Boediono! Mengapa demikian, ini skenarionya!

Harga premium dengan RON 90/92 PERLU diolah ulang (dengan tambahan biaya) agar memenuhi KRITERIA Premium SUBSIDI dengan spesifikasi RON 88 itu. Aneh kan, barang berkualitas baik (RON 90/92) diturunkan kualitasnya (agar menjadi RON 88) sehingga Anggaran SUBSIDI BBM yang sedemikian besarnya itu bisa dipergunakan. Ini hasil temuan Tim Reformasi Perdagangan Migas yang diketuai oleh Faisal Basri itu.

Mengapa demikian? Karena KORUPSI pada anggaran SUBSIDI BBM dengan RON 88 itu (berapapun besarnya) TIDAK AKAN dipermasalahkan oleh KPK dengan alasan KEBIJAKAN TIDAK BISA dikriminalkan!

Jadi FOKUS utama BUKAN pada Efisiensi dan Produktivitas untuk setiap KEGIATAN EKONOMI, TETAPI pada berapa besar dana yang BISA dikorupsi TANPA terkena peraturan hukum bahwa hal itu merupakan tindakan KORUPSI. Fenomena ini telah merasuk ke semua lembaga pemerintah dari pusat sampai ke kota provinsi, kota kabupaten, kota kecamatan dan desa-desa di Indonesia.

Itu makanya pemerintah SELALU berdalih agar setiap KEBIJAKAN (Termasuk Kebijakan Yang “SENGAJA DIBUAT” SALAH) TIDAK BOLEH diusut atau dikriminalkan!

Ini contoh berita tentang beras BUSUK di gudang BULOG Papua, baru dari satu provinsi di Indonesia. Bagaimana kalau di seluruh Indonesia? Hitung saja berapa ratus ribu ton yang BUSUK?
http://www.papuapos.com/index.php/utama/item/4692-bulog-papua-tidak-tahu28-ribu-ton-beras-busuk

Dan mengapa beras dibuat BUSUK dan dibuang percuma saja? Karena beras busuk yang dibuang akan ada pertanggung-jawaban (termasuk misalnya hanya dibuang x ton akan dilaporkan 10x atau lebih ton beras yang rusak dan dibuang). Semua ini ada pertanggung-jawaban SEHINGGA tidak bisa diusut oleh KPK dan lembaga-lembaga penegak hukum lainnya. Demikian pula kebijakan IMPOR (dibuat secara SENGAJA agar Indonesia TIDAK BISA TIDAK HARUS IMPOR) yang penuh KORUPSI itu.

Itu makanya yang dibutuhkan Indonesia adalah orang-orang “JUJUR dan Memiliki Hati Nurani” yang TAKUT kepada Tuhan, BUKAN Takut kepada KPK dan lembaga-lembaga penegakan hukum lainnya di Indonesia.

Baca saja artikel berikut!
http://katadata.co.id/berita/2014/12/03/harga-premium-mahal-karena-pertamina-tak-efisien


Ketika nanti terjadi “PANIC SELLING” di mana IHSG anjlok maka kita masuk untuk membeli saham-saham blue chips yang UNGGUL seperti: BRI, Mandiri, BNI, BCA. Saham properti yang layak dibeli ketika IHSG telah jatuh adalah: Alam Sutera, Sumarecon. Kemudian biarkan saja saham-saham itu disimpan (mungkin 1 – 2 tahun) baru ketika perekonomian makro Indonesia telah membaik sebagai dampak dari pembenahan ekonomi oleh Jokowi-JK, maka kita menjual lagi pada harga yang telah naik itu. Ini akan lebih BAGUS dan menguntungkan daripada simpan EMAS, beli TANAH, dll.

Dan biasanya dalam ekonomi apabila suatu perekonomian melemah terus-menerus PASTI ada titik paling bawah, kemudian akan rebound atau menaik/membaik KARENA telah ada perbaikan yang SIGNIFIKAN. Itu hal yang biasa dalam sistem yang pemerintahannya bersikap REAKTIF. Jika pemerintah Indonesia bersikap PROAKTIF dan ANTISIPATIF maka sejak 2012 telah HARUS ada perbaikan yang SIGNIFIKAN. Jadi untuk Indonesia akan ada perbaikan SIGNIFIKAN pada 2015-2016, sehingga perekonomian makro akan mulai membaik pada tahun 2017 dstnya.

Salam SUCCESS.

WordPress Tabs Free Version

Posted in
css.php