Oleh Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma Master Black Belt & Certified Management Systems Lead Specialist
Jika membaca judul di atas, maka hampir pasti 99.99% mereka yang pernah belajar ilmu manajemen di Indonesia akan protes kepada VG dan mungkin akan mengumpat dengan kata-kata “NGAWUR, dst”.
Tetapi mari kita periksa dan melihat perkembangan terbaru ilmu pengetahuan modern dalam bidang manajemen melalui memahami secara seksama dan kritis pembahasan berikut
Pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi manajemen dapat dibagi ke dalam tiga tahapan besar, yang masing-masing memiliki paradigma berpikir yang berbeda.
Tahap 1: 1830 – 1930 Classical Management School
Pada Tahap 1, ilmu pengetahuan manajemen disebut menganut paradigma Classical Management School, yang berlandaskan pada: (1) Scientific Management, (2) Administrative Management, dan (3) Bureaucratic Management. Jika dalam kurikulum dan pembelajaran manajemen di PT itu apabila kita masih menekankan pada ketiga topik utama ini, maka hampir dapat dipastikan bahwa aliran manajemen classical ini yang sedang dipelajari. Jika demikian, maka sesungguhnya kita sedang mempelajari hal-hal manajemen sekitar tahun 1930 yang lalu. Jelas paradigma berpikir yang terbentuk akan berbeda dengan aliran manajemen berikut.
Tahap 2: 1920/1930 – 1950, Neo Classical Management School
Pada Tahap 2, ilmu pengetahuan manajemen disebut menganut paradigma Neo Classical Management School, yang berlandaskan pada: (1) Human Relation Management, dan (2) Behavioral Management. Berdasarkan pengamatan VG, Scientific Management masih dilanjutkan pada Tahap 2, yaitu menggunakan Management Tools yang menekankan pada pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Jika dalam kurikulum dan pembelajaran manajemen di PT itu apabila kita masih menekankan pada Human Relation Management, Behavioral Management, dan Scientific Management, maka hampir dapat dipastikan bahwa aliran manajemen neo classical ini yang sedang dipelajari. Jika demikian, maka sesungguhnya kita sedang mempelajari hal-hal manajemen sekitar tahun 1950 yang lalu. Jelas paradigma berpikir kita yang terbentuk akan berbeda dengan aliran manajemen yang lain berikut.
Tahap 3: 1950-an – Sekarang, Modern Management School
Pada Tahap 3, ilmu pengetahuan manajemen telah berkembang lagi yang disebut menganut paradigma Modern Management School, yang berlandaskan pada: (1) System Management, (2) Contingency Management, (3) Organizational Humanism, and (4) Management Science. Jika dalam kurikulum dan pembelajaran manajemen di PT itu apabila kita masih menekankan pada System Management, Contingency Management, Organizational Humanism Management, dan Management Science, maka hampir dapat dipastikan bahwa aliran manajemen modern ini yang sedang dipelajari.
Pelopor pengembangan Modern Management School ini di Indonesia adalah Teknik dan Manajemen Industri ITB yang dikembangkan pertama kali oleh Promotor Disertasi VG, Alm. Prof. Matthias Aroef, Ph.D, dkk di ITB.
Tetapi ingat bahwa meskipun Teknik dan Manajemen Industri ITB yang memelopori Modern Management School ini, di ITB sendiri sudah tertinggal dalam mengikuti perkembangan terbaru ilmu Teknik dan Manajemen Industri ini.
VG sering berbeda pandangan dengan teman-teman alumni Teknik Industri ITB tahun 1970an – 1980an, karena telah terjadi kecenderungan dalam perkembangan ilmu Teknik dan Manajemen industri di dunia. Banyak alumni Teknik dan Manajemen Industri di Indonesia masih menggunakan paradigma berpikir Classical Industrial Engineering. Sedangkan perkembangan dari ilmu Teknik Industri telah berubah dari Classical Industrial Engineering menjadi Industrial & Systems Engineering dengan penekanan pada Lean, kemudian Six Sigma, dan terakhir mulai tahun 2000an berkembang lagi menjadi Lean Six Sigma.
Dari berbagai uraian di atas, maka wajar saja meskipun sama-sama kita merupakan lulusan perguruan tinggi manajemen di Indonesia, tetapi paradigma berpikir kita bisa saja telah tertinggal, karena masih mempelajari manajemen tahun 1930, atau manajemen 1950, atau manajemen 1980. Jadi adalah sangat wajar meskipun kita sering menyebut kata-kata Lean, Lean Six Sigma, dll, tetapi apabila paradigma berpikir kita TIDAK BERUBAH, maka kita akan sulit memahami esensi sesungguhnya dari Lean Six Sigma itu sendiri.
Perkembangan terbaru ilmu pengetahuan dan teknologi manajemen sampai tahun 2020 ini berkaitan dengan Lean Six Sigma Supply Chain Management, Theory of Constraints-Lean Six Sigma Supply Chain Management, ISO versi Terbaru, Total Productivity Management yang memiliki 10 pilar utama, dll. Siapapun yang tidak mau mengubah paradigma berpikir untuk memahami iptek manajemen terbaru, PASTI akan sulit mengikuti perkembangan iptek manajemen modern itu.
Itulah mengapa VG selalu menyatakan bahwa yang terutama dipelajari agar mengejar ketertinggalan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi manajemen modern adalah: Systems Thinking (Systems Methodology), Statistical Thinking, and Design Thinking yang semuanya berbasis paradigma berpikir Lean Six Sigma Thinking and Approach. Hal ini dimulai dengan memahami perilaku sistem dalam berupaya mencapai tujuan/sasaran yang terukur (Systems Thinking/System Methodology), kemudian memahami konsistensi dan kestabilan pergerakan dari indikator-indikator kinerja sepanjang waktu dalam mencapai tujuan/sasaran yang terukur itu (Statistical Thinking), dan berusaha melakukan perbaikan bahkan mendesain ulang sistem agar perilaku sistem kembali menjadi onsisten, stabil, dan mampu mencapai target-target kinerja yang terukur secara kuantitatif sepanjang waktu (Design Thinking).
Pertanyaan yang selalu diajukan oleh VG, adalah bagaimana mungkin kita akan mampu memahami pembelajaran tentang Innovation, apakah itu berkaitan dengan Sustaining Innovation atau yang terbaru Disruptions Innovation TANPA memiliki Design Thinking?
Berdasarkan uraian di atas, maka rancangan kurikulum minimum yang harus dipelajari dalam ilmu pengetahuan dan teknologi manajemen modern, jika pendidikan manajemen di Indonesia tidak ingin tertinggal lebih jauh lagi, adalah sebagai berikut:
Lean Six Sigma Industrial & Systems Engineering + Block Chain + Internet of Things (IoT):
Systems Thinking Area of Knowlegde:
- Lean Six Sigma Systems Methodology; 2. Lean Six Sigma Supply Chain Management with Block Chain and Internet of Things; 3. Lean Six Sigma Business Management Systems & Entrepreneurship; 4. Lean Six Sigma Total Productivity Maintenance and Management (TPM); 5. Lean Six Sigma Safety, Health, and Environment (LSS SHE); 6. Lean Six Sigma Operations Engineering & Management; 7. Lean Six Sigma Management of Engineering and Technology; 8. Lean Six Sigma for Ergonomics and Human Factors; 9. Lean Six Sigma for Information Engineering and Management; 10. Lean Six Sigma for Facilities Engineering & Energy Management; 11. Lean Six Sigma for Systems Engineering; 12. ISO Management Series; 13. Lean Six Sigma for Management Systems Auditing; 14. Dan lain-lain (Silakan Mengidentifikasi dan Menambah Sendiri).
Statistical Thinking Area of Knowledge:
- Lean Six Sigma Statistical Thinking and Engineering; 2. Lean Six Sigma Statistical Methods & Toolset; 3. Operations Research and Analysis; 4. Engineering Economics and Analysis; 5. Managerial Economics; 6. Dan Lain-Lain (Silakan Mengidentifikasi dan Menambahkan Sendiri).
Design Thinking Area of Knowledge:
- Design for Lean Six Sigma Methodology; 2. Industrial 4.0 and Society 5.0; 3. Design for Lean Six Sigma Toolset; 4, Lean Six Sigma for Systems Design & Engineering; 5. Lean Six Sigma for Work Design & Management; 6. Lean Six Sigma for Products (Goods and Services) Design and Development; 7. Dan Lain-lain (Silakan Mengidentifikasi dan Menambahkan Sendiri).
Perkembangan Terbaru Ilmu Pengetahuan Manajemen
Evolusi perkembangan ilmu manajemen sejak 1900 sampai 2020 ditunjukkan dalam bagan-bagan terlampir berikut.
Perkembangan terbaru ilmu pengetahuan dan teknologi manajemen industri sampai tahun 2020 ditunjukan dalam bagan terlampir.
Perkembangan pesat dalam area pengetahuan industrial & systems engineering ditunjukan dalam bagan berikut.
Melihat perkembangan ilmu pengetahuan manajemen yang sangat cepat dan bervariasi itu, maka pendekatan manajemen yang sesuai pada masa kini adalah mengintegrasikan sistem-sistem manajemen yang ada ke dalam satu model integrated management system. Satu contoh integrated management system yang populer saat ini adalah: Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence (MBCfPE) yang mengintegrasikan tujuh elemen sistem manajemen sekaligus untuk menghasilkan keunggulan kinerja organisasi.
Ketujuh elemen sistem terintegrasi itu adalah:
Input:
- Leadership system
- Strategy system
- Customer focus system
Process:
- Human Resource (Workforce) system
- Operation system
Output:
- Results (Performance) system
Feedback/Feedforward:
- Knowledge Management system
Bagan-bagan yang menunjukkan integrated management systems itu ditampilkan berikut ini.
Berbagai informasi perkembangan ilmu manajemen di atas dapat dijadikan referensi bagi mereka yang akan mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi manajemen agar mampu berkiprah dan terlibat dalam praktek-praktek manajemen kelas dunia (world class management).
Salam SUCCESS.