2016

Home » Blog » 2016 » Di Mana Posisi Anda Ketika Bekerja Sebagai Seorang Profesional?

07-10-16

Di Mana Posisi Anda Ketika Bekerja Sebagai Seorang Profesional?



  • Bahasa Indonesia
  • English

Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma Master Black Belt

John C. Maxwell penulis terkemuka dalam bidang Motivasi, Kepemimpinan, dan Manajemen PRAKTIS (PRAKtek TIDAK Sulit), dalam bukunya yang Berjudul: Mengembangkan Pemimpin Dalam Diri Anda (Developing the Leader Within You) mengemukakan tiga tingkat (level) orang dalam bekerja (memiliki keterampilan bekerja) sebagai seorang profesional, yaitu:

  • Level 1: Orang yang bekerja lebih baik dibandingkan orang-orang lain, mereka ini disebut sebagai pengikut (follower).
  • Level 2: Orang yang membantu orang lain agar bekerja lebih baik, mereka ini disebut sebagai manajer (manager).
  • Level 3: Orang yang mengembangkan orang lain agar bekerja lebih baik, mereka ini disebut sebagai pemimpin (Leader).

Tentu saja semua organisasi di dunia mengharapkan untuk memperoleh sumber daya manusia pada Level 3, yaitu orang-orang yang MAMPU mengembangkan orang lain agar bekerja lebih baik. Dengan kata lain organisasi-organisasi kelas dunia (world class organizations) akan berusaha untuk mengembangkan system kepemimpinan (leadership system) dalam organisasi itu agar MAMPU menghasilkan semakin banyak pemimpin dalam organisasi itu. Kita TIDAK MUNGKIN akan mampu mengembangkan orang lain, jika kita sendiri GAGAL mengembangkan diri sendiri!

Bagaimana Menciptakan PEMIMPIN?

Saya pribadi (berdasarkan pengalaman aktual pribadi) selalu menyatakan bahwa kita sebagai seorang manusia (bibit unggul) berpotensi untuk menjadi PEMIMPIN melalui menerapkan kedua kata berikut, yaitu: PEMIMPIN = PEMIMPI + N, di mana PEMIMPI adalah orang yang memiliki IMPIAN dan N = NIAT (Nyatakan Impian Agar Terwujud). Jika huruf N itu HILANG, maka seseorang hanya akan menjadi PEMIMPI saja.

Jika demikian, apabila menggunakan kata PEMIMPIN = PEMIMPI + N ini, maka bagaimana kita MAMPU menciptakan diri kita sendiri agar menjadi seorang PEMIMPIN?

Pertama kali, kita HARUS berani menjadi PEMIMPI, yaitu orang yang memiliki IMPIAN, meskipun bagi orang lain hal itu akan menjadi MUSTAHIL.

Ketika menjadi sopir angkutan kota di Kupang – NTT (karena kemiskinan) sambil menjadi mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana yang selalu GAGAL (tidak naik kelas dua kali di SMU dan tertahan dua tahun di Fapet Undana karena TIDAK LULUS mata kuliah Pengantar Statistika dan gagal mengikuti ujian sarjana peternakan karena bermasalah dengan Dekan Fapet Undana ketika itu yang menganggap ATTITUDE saya JELEK), saya TELAH memiliki IMPIAN akan bersekolah setinggi mungkin dan meraih semua gelar akademik (S1, S2. S3), jabatan akademik tertinggi (Professor), dan gelar-gelar professional (telah memiliki 10 gelar professional berstandar internasional). Ketika itu apabila saya menyatakan IMPIAN saya, maka semua orang menyatakan bahwa saya adalah orang TIDAK NORMAL, pengkhayal, dll. Padahal bukankah PEMIMPIN = PEMIMPI + N (N = NIAT = Nyatakan Impian Agar Terwujud)?

Mengapa kita harus BERANI memiliki IMPIAN (PEMIMPI)?

Ini beberapa alasan yang dikemukakan John Maxwell dalam bukunya yang berjudul: Peta Jalan Anda untuk SUCCESS (Your Road Map for SUCCESS), bahwa jika seseorang memiliki IMPIAN, maka ia akan memperoleh hal-hal POSITIF berikut:

  • Sebuah IMPIAN memberikan ARAH pada kehidupan masa depan kita.
  • Sebuah IMPIAN meningkatkan POTENSI kita untuk menuju kepada IMPIAN itu.
  • Sebuah IMPIAN akan membantu kita agar menetapkan PRIORITAS.
  • Sebuah IMPIAN akan menambah NILAI pada pekerjaan kita.
  • Sebuah IMPIAN akan membantu memperkirakan (Prediksi) masa depan kita.

John Maxwell mengutip pernyataan Oliver Wendel yang menekankan bahwa: “Hal yang besar dalam dunia ini bukanlah di mana kita berada, melainkan ke arah mana kita akan bergerak”. IMPIAN kita akan membantu meng-ARAH-kan ke mana kita akan bergerak menuju masa depan kita.

Tentu saja agar saya pribadi TIDAK disebut HANYA sebagai seorang PEMIMPI, yaitu orang yang HANYA memiliki IMPIAN saja, maka saya HARUS menambah huruf N, agar menjadi PEMIMPIN = PEMIMPI + N (N = NIAT = Nyatakan Impian Agar Terwujud).

Ketika kita akan menyatakan IMPIAN kita melalui akronim NIAT (Nyatakan Impian Agar Terwujud), maka kita HARUS menerapkan rencana-rencana jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Awal dari perencanaan ini berarti kita HARUS menerapkan PDCA (Plan-Do-Check-Act) ke dalam diri kita. Menerapkan PDCA berarti kita harus menerapkan manajemen diri (Self Management) yang terus-menerus akan membawa menuju IMPIAN kita itu. Ketika saya pribadi menetapkan IMPIAN saya pada tahun 1970-an, maka 25 tahun kemudian semua IMPIAN saya itu telah TERWUJUD. Pada saat kita TELAH membuktikan bahwa IMPIAN kita telah terwujud, maka kita boleh menyatakan bahwa kita TELAH SUCCESS menjadi PEMIMPIN (PEMIMPI + N/NIAT) bagi diri kita sendiri.

Uraian dari hal di atas menunjukkan bahwa Kepemimpinan (Leadership) dan Manajemen (Management) BUKAN sekedar dipelajari sebagai ilmu pengetahuan saja, TETAPI harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi KARAKTER!

Proses pembentukan KARAKTER ini HARUS di mulai dari: (1) memiliki MINDSET yang benar, (2) mengubah ATTITUDE agar sesuai dengan mindset yang benar itu, (3) menerapkan attitude positif sehari-hari agar menjadi HABITS, dan (4) mempraktekkan habits terus-menerus agar menjadi CHARACTER.

Saya berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat secara sadar atau tidak sadar dalam pembentukan CHARACTER saya sekarang ini. Ketika ada ucapan bahwa ATTITUDE saya JELEK, maka saya HARUS segera memperbaikinya.

Kasus sederhana tetapi FATAL: Dekan menyuruh memindahkan motornya dari satu tempat ke tempat lain, TETAPI setelah menerima kunci motor itu saya mencari teman saya yang bisa naik motor agar memindahkan motor itu. Proses penyerahan kunci motor kepada orang lain ini dianggap kesalahan FATAL sehingga harus TIDAK BOLEH ujian (tertunda selama satu tahun). Saya menerima bahwa ATTITUDE yang JELEK harus mengalami kegagalan satu tahun, dan juga ketidaktahuan ilmu Pengantar Statistika juga harus dibayar melalui kegagalan satu tahun. Memang ANEH seorang yang sangat LINCAH mengemudikan mobil TETAPI tidak bisa naik motor (itu FAKTA sampai sekarang). Ke-SALAH-an saya: adalah tidak berterus-terang (TIDAK JUJUR) mengatakan bahwa saya TIDAK bisa naik motor! Bagaimana mungkin mau bisa belajar naik motor sedangkan waktu telah HABIS untuk mengemudikan angkutan kota BEMO (di Kupang Angkutan Kota disebut BEMO = BEcak MOtor) agar mencari biaya sekolah. HANYA orang-orang kaya saja yang bisa membeli motor pada tahun 1970-an di Kupang – NTT itu. Saya HANYA kaya MENTAL saja meskipun MISKIN material uang!

Agar pembelajaran karena kegagalan di atas TIDAK terjadi pada orang lain, maka sejak saat itu saya secara AKTIF mulai mempelajari apa itu KARAKTER orang-orang SUCCESS vs. Karakter orang-orang GAGAL, agar saya BISA meraih semua IMPIAN saya di masa yang akan datang.

John Maxwell telah mengidentifikasi beberapa KARAKTER penting orang-orang SUCCESS vs. GAGAL, dan menyimpulkan bahwa orang-orang SUCCESS bersedia melakukan hal-hal yang TIDAK MAU dilakukan oleh orang-orang GAGAL.

Perbedaannya sebagai berikut:

KARAKTER ORANG SUCCESS (PEMENANG):

  • Mengerjakan dengan BENAR, kemudian merasa SENANG.
  • Bekerja berdasarkan KOMITMEN untuk mencapai IMPIAN.
  • Membuat keputusan berdasarkan PRINSIP yang benar.
  • Membuat TINDAKAN yang mengendalikan ATTITUDE positif.
  • Percaya kemudian MELIHAT.
  • Menciptakan MOMENTUM.
  • Selalu bertanya: “Apa TANGGUNG JAWAB saya?”
  • Terus bekerja ketika muncul MASALAH.
  • Bersikap TENANG.
  • Menjadi PEMIMPIN.

 

KARAKTER ORANG GAGAL (PECUNDANG):

  • Merasa SENANG, baru kemudian mengerjakan dengan BENAR.
  • Bekerja berdasarkan KENYAMANAN.
  • Membuat keputusan berdasarkan POPULARITAS.
  • Membiarkan ATTITUDE negatif mengendalikan TINDAKAN.
  • Melihat kemudian PERCAYA.
  • Menunggu MOMENTUM.
  • Selalu bertanya: “Apa HAK-HAK saya?”
  • Berhenti bekerja ketika muncul MASALAH.
  • Bersikap murung.
  • Menjadi PENGIKUT.

 

Model PDCA yang Membawa VG Meraih IMPIAN Masa Depan

Saya TELAH memiliki kebiasaan menerapkan model PDCA (Plan-Do-Check-Act) dalam kehidupan sehari-hari sejak tahun 1970-an sejak diperkenalkan oleh Dr. William Edwards Deming sehingga disebut sebagai Roda Deming (Deming Cycle). Deming memperkenalkan dalam bentuk Roda berbentuk lingkaran yang membagi lingkaran ke dalam empat kuadran: P (Plan), D (Do), Check (C ), A (Act). Saya pribadi lebih suka menggunakan PDCA berbentuk flowchart sehingga saya membuat versi VG untuk keperluan PRAKTIS (PRAKtek TIdak Sulit).

Pada dasarnya terdapat enam langkah dalam siklus PDCA/PDSA, yaitu:

Plan (Merencanakan):

  • Menetapkan sasaran dan target (NIAT = Nyatakan Impian Agar Terwujud)
  • Menentukan metode untuk mencapai sasaran dan target (IMPIAN) itu
  • Belajar terus-menerus tentang PDCA (Plan-Do-Check-Act)

 

Do (Melaksanakan):

  • Menerapkan rencana tindakan (action plan). Dapat menggunakan metode 5W-2H (What, Why, When, Where, Who, How, How-much).

 

Check/Study (Memeriksa/Mempelajari):

  • Memeriksa atau mempelajari hasil-hasil dari implementasi rencana tindakan (action plan) menuju IMPIAN kita.

 

Act (Mengambil Tindakan/Bertindak):

  • Mengambil tindakan yang tepat dan menindaklanjuti hasil-hasil. Dua tindakan dapat dilakukan di sini, yaitu: tindakan korektif berupa solusi masalah, apabila sasaran dan target tidak tercapai. Atau tindakan standardisasi terhadap praktek-praktek terbaik yang telah dilakukan, apabila sasaran atau target telah tercapai. Selanjutnya kembali lagi pada tahap awal (Plan = Merencanakan) perbaikan atau peningkatan terus-menerus (continual improvement).

 

Contoh model PDCA versi VG untuk menjadi PEMIMPIN = PEMIMPI + N (NIAT = Nyatakan Impian Agar Terwujud) ditunjukkan terlampir.

John Maxwell menyatakan bahwa cara tercepat menciptakan ke-PEMIMPIN-an adalah belajar ilmu SOLUSI MASALAH agar kita terus-menerus menuju IMPIAN kita. Hal ini berarti: PEMIMPIN = PEMIMPI + N (NIAT = Nyatakan Impian Agar Terwujud) HARUS belajar ilmu SOLUSI MASALAH agar dia MAMPU terus bekerja ketika muncul MASALAH yang menghambat menuju IMPIAN kita. Ilmu SOLUSI MASALAH dan CONTINUAL IMPROVEMENT merupakan bagian yang melekat dalam diagram PDCA versi VG yang saya buat untuk kepentingan pribadi itu (lihat bagan terlampir).


Saya sejak dahulu lebih baik berfokus pada hal-hal POSITIF dan mencoba melakukan penguatan POSITIF (Positive Reinforcement) kepada diri sendiri. Kemudian mencoba mempengaruhi orang lain dari segi POSITIF. Jika ternyata dalam lingkungan keberadaan kita berhadapan dengan orang-orang yang NEGATIF, apalagi sampai pimpinan organisasi merupakan orang Level 3 (PEMIMPIN NEGATIF), maka bagi saya pribadi lebih baik meninggalkan lingkungan tersebut dan berkarya di tempat lain daripada saya harus mengorbankan masa depan saya.


Orang-orang yang berpikiran NEGATIF adalah karena TIDAK memiliki prinsip pribadi. Stephen Covey menyebut dengan orang-orang yang TIDAK memiliki PRIVATE VICTORY (Tidak Memiliki Kepercayaan Diri). 100% orang-orang yang berperilaku NEGATIF, karena PECUNDANG (LOSER) bagi diri sendiri, sehingga OTOMATIS mereka akan mengembangkan PECUNDANG lain juga agar kelompok mereka menjadi semakin banyak yang terdiri dari kelompok sesama PECUNDANG (LOSER People/Community).
oct-7b-2016


PDCA (Plan-Do-Check-Act) telah digunakan secara resmi oleh ISO sebagai kerangka kerja untuk semua manajemen system yang dipublikasikan oleh ISO (the International Organization for Standardizations). Silakan baca keterkaitan PDCA dengan Sistem Manajemen Risiko (ISO 31000:2009) di sini:

https://idrismadjidi.wordpress.com/2013/03/14/risiko-dan-manajemennya-risk-risk-management/


Dalam ISO 9001:2015 klausul 6 tentang Planning harus ada Action Plan terkait risiko dan opportunities. Tentu saja kita harus mempertimbangkan risiko2 dan opportunities untuk setiap tindakan yg akan dilakukan sehingga mampu membuat Action Plan yg memperhitungkan risiko dan opportunities itu.

Salam SUCCESS.

WordPress Tabs Free Version

Posted in
css.php