2016

Home » Blog » 2016 » Evaluasi Kompetensi Kepemimpinan

01-09-16

Evaluasi Kompetensi Kepemimpinan



  • Bahasa Indonesia
  • English

Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma Master Black Belt
ASQ CMQ/OE, CQE, CQA, CSSBB
APICS CFPIM, CSCP
IQF Six Sigma Master Black Belt
RAB-QSA CMSP

Peran Kepemimpinan dalam Mengembangkan Sistem Manajemen

Dr. Joseph M. Juran mengidentifikasi unsur-unsur revolusi kualitas Jepang, sebagai berikut:

  • Manajer atas mengambil tanggung jawab manajemen kualitas.
  • Manajer atas melatih keseluruhan hirarki dalam proses manajemen kualitas.
  • Manajer atas melakukan perbaikan kualitas pada tingkat revolusioner.
  • Manajer atas melibatkan partisipasi angkatan kerja (karyawan).
  • Manajer atas menambah sasaran kualitas kepada rencana bisnis.

Dari hal di atas tampak bahwa komitmen yang kuat dari manajemen puncak merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dinamika perbaikan kualitas dari perusahaan. Patut disadari bahwa upaya perbaikan kualitas melalui penerapan manajemen kualitas total (total quality management = TQM) tidak akan pernah berhasil tanpa keterlibatan dari manajemen puncak.

Komitmen dari manajemen puncak ditunjukkan melalui berbagai tindakan keterlibatan berikut:

  1. Menetapkan visi dan kebijakan kualitas perusahaan.
  2. Menyetujui investasi keuangan berupa menyediakan anggaran untuk perbaikan kualitas.
  3. Terlibat secara aktif dalam dewan kualitas atau memimpin langsung tim perbaikan kualitas.
  4. Mengarahkan departemen kualitas.
  5. Berpartisipasi dalam pelatihan perbaikan kualitas.
  6. Memberikan dukungan kepada tim perbaikan kualitas.
  7. Meninjau ulang praktek manajemen agar sesuai dengan visi dan kebijakan kualitas perusahaan.
  8. Menetapkan sistem penghargaan dan pengakuan atas keberhasilan perbaikan kualitas.
  9. Berbicara langsung dengan pelanggan untuk mengetahui kebutuhan pelanggan serta mempromosikan tentang upaya-upaya perbaikan kualitas dari perusahaan.
  10. Memimpin perencanaan kualitas dan mengaitkannya secara langsung dengan rencana-rencana strategik dari perusahaan.
  11. Menyetujui ide-ide perbaikan kualitas yang disarankan oleh bawahan.
  12. Mengikuti pertemuan tim perbaikan kualitas dan pertemuan yang berkaitan dengan perbaikan kualitas dari departemen-departemen dalam perusahaan.
  13. Selalu berbicara dalam “bahasa” kualitas dan menerapkannya dalam perilaku sehari-hari.
  14. Selalu meningkatkan pengetahuan tentang manajemen kualitas, melalui mengikuti seminar-seminar tentang kualitas, atau bergabung dengan asosiasi kualitas baik lokal, nasional, maupun internasional.
  15. Meluangkan waktu untuk membantu memberikan konsultasi tentang upaya-upaya perbaikan kualitas kepada tim perbaikan kualitas maupun anggota-anggota dari perusahaan.

Juran dan Gryna (1993) menyatakan bahwa komitmen manajemen untuk melakukan perbaikan kualitas adalah perlu, tetapi tidak cukup. Untuk melakukan tindakan terhadap komitmen itu dalam perusahaan dibutuhkan elemen manajemen kualitas yang paling penting yaitu kepemimpinan manajemen tentang kualitas (management leadership on quality) atau sering disebut sebagai Kepemimpinan Kualitas Total (Total Quality Leadership) melalui bukti nyata melaksanakan komitmen itu. Terdapat delapan kunci tugas untuk melaksanakan komitmen perbaikan kualitas itu, antara lain:

  1. Menetapkan suatu dewan kualitas.
  2. Menetapkan kebijakan kualitas.
  3. Menetapkan dan menyebarluaskan sasaran kualitas.
  4. Memberikan sumber daya (resources).
  5. Memberikan pelatihan yang berorientasi pada pemecahan masalah-masalah kualitas.
  6. Membentuk tim perbaikan kualitas yang bertanggung jawab pada manajemen puncak untuk menyelesaikan masalah-masalah kronis.
  7. Merangsang perbaikan.
  8. Memberikan pengakuan dan penghargaan atas prestasi dalam peningkatan kualitas.

Program peningkatan kualitas harus melibatkan secara intensif antara manajemen dari tingkat atas sampai tingkat bawah dan akan ditangani langsung oleh pemimpin-pemimpin tim (team leaders) yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan program-program itu. Keterlibatan manajemen sangat penting, karena berdasarkan survei yang telah diterima dalam dunia bisnis dan industri menunjukkan bahwa sekitar 68% tingkat kegagalan proses dapat dikendalikan oleh manajemen, sedangkan hanya sekitar 32% yang dapat dikendalikan oleh pekerja, seperti ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Faktor-faktor Penyebab Kegagalan dalam Proses yang Dapat Dikendalikan

Tujuan dari kepemimpinan dalam manajemen kualitas adalah untuk meningkatkan kinerja sistem manajemen, memperbaiki kualitas yang ada, meningkatkan output dan produktivitas, serta secara simultan mampu menciptakan kebanggaan kerja (pride of workmanship) bagi pekerja.

Kepemimpinan dalam manajemen kualitas harus mampu mengidentifikasi hambatan-hambatan yang ada dalam sistem manajemen kualitas dan kemudian menghilangkan penyebab kegagalan itu, serta membantu pekerja agar mampu mengerjakan pekerjaan secara lebih baik dengan memperhatikan efektivitas (pencapaian tujuan) dan efisiensi (penggunaan biaya) dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Kepemimpinan yang efektif menurut konsep manajemen kualitas adalah kepemimpinan yang sensitif atau peka terhadap perubahan dan melakukan pekerjaannya secara terfokus. Memimpin berarti menentukan hal-hal yang tepat untuk dikerjakan, menciptakan dinamika organisasi yang dikehendaki agar semua orang memberikan komitmen, bekerja dengan semangat dan antusias untuk mewujudkan hal-hal yang telah ditetapkan.

Memimpin berarti juga dapat mengkomunikasikan visi dan prinsip-prinsip perusahaan kepada seluruh karyawan. Kegiatan memimpin termasuk menciptakan budaya atau kultur positif dan iklim yang harmonis dalam lingkungan perusahaan, serta menciptakan tanggung jawab dan pemberian wewenang dalam pencapaian tujuan bersama (empowerment).

Perbedaan Pemimpin dan Manajer

Terdapat sejumlah karakteristik perbedaan antara kepemimpinan dan manajemen seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Perbedaan Karakteristik Kepemimpinan dan Manajemen

Dari perbedaan karakteristik kepemimpinan dan manajemen dalam Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa:

  • Pemimpin memberikan visi, sedangkan manajer yang melaksanakannya.
  • Pemimpin membentuk karakter, budaya dan iklim organisasi menjadi lebih baik, sedangkan manajer menjalankan organisasi itu.
  • Pemimpin membuat sesuatu terjadi, sedangkan manajer berharap ada sesuatu yang terjadi.
  • Pemimpin menciptakan lebih banyak pemimpin, sedangkan manajer menciptakan lebih banyak manajer.

Apabila tugas-tugas manajer dan pemimpin dikemukakan dalam bentuk gambar, maka akan tampak seperti dalam Bagan 1.


Bagan 1 Tugas Manajer dan Pemimpin

Dari Bagan 1 tampak bahwa tugas utama manajer adalah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk memperoleh hasil sesuai yang diharapkan, sedangkan tugas utama pemimpin adalah melaksanakan kepemimpinan untuk memperbaiki sistem yang ada agar sistem itu berjalan sesuai yang diharapkan.

Dengan demikian pemimpin adalah orang yang melakukan hal-hal yang benar (people who do the right thing), sedangkan manajer adalah orang yang melakukan sesuatu secara benar (people who do things right).

Manajemen kualitas membutuhkan keterampilan kepemimpinan dan manajemen, sehingga berarti membutuhkan kehadiran pemimpin dan manajer secara bersama dalam suatu organisasi.

Pemimpin Transformasional dalam Sistem Manajemen

Upaya yang paling sulit dalam Integrated Total Quality Talent Management adalah “menanamkan” visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan kepada semua orang dalam organisasi perusahaan itu agar mereka secara sukarela memberikan komitmen kuat untuk mencapai visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan itu. Dalam kaitan dengan transformasi visi, misi, dan nilai-nilai ini dibutuhkan pemimpin transformasional (transformational leader) yang mampu mentransformasikan orang-orang dalam organisasi perusahaan menuju pandangan mereka tentang apa yang harus dilakukan oleh organisasi itu dan bagaimana seharusnya organisasi perusahaan berjalan dengan baik menuju visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan yang telah ditetapkan.

Pemimpin transformasional dapat memberikan pengaruh kuat pada rencana strategik bisnis yang menetapkan arah dari tujuan perbaikan kinerja terus-menerus. Secara spesifik, pemimpin transformasional mampu menetapkan arah dan tujuan perbaikan kinerja terus-menerus serta membuat keputusan yang efektif tentang perbaikan kinerja itu agar meningkatkan kepuasan pelanggan internal dan eksternal, maupun pemberdayaan karyawan-karyawan yang berkinerja atau berprestasi tinggi.

Kepemimpinan pada dasarnya merupakan suatu proses pengaruh, di mana pemimpin mencoba mempengaruhi bawahan (pengikutnya) untuk melakukan apa yang dipandang penting oleh si pemimpin itu. Dalam manajemen talenta, pemimpin secara simultan menetapkan arahan (direction) dan memotivasi anggota organisasi menuju perbaikan kinerja terus-menerus.

Dari teori organisasi, kita mengenal banyak teori yang menerangkan kepemimpinan. Salah satu pendekatan terbaru yang diterima secara luas oleh kalangan ilmuwan (akademisi) dan praktisi adalah kepemimpinan transformasional (transformational leadership).

Pemimpin transformasional (transformational leaders) mengubah keseluruhan organisasi melalui mentransformasikan organisasi menuju pandangan mereka tentang apa yang harus dilakukan oleh organisasi dan bagaimana seharusnya organisasi itu berjalan dengan baik. Pemimpin transformasional dapat memberikan pengaruh kuat pada rencana strategik yang menetapkan arahan dari program-program peningkatan kinerja. Secara spesifik mereka mampu membuat arahan dan keputusan yang tepat tentang kinerja, kepuasan pelanggan, dan pemberdayaan karyawan (empowerment).

Beberapa karakteristik penting dari pemimpin transformasional yang diperlukan dalam manajemen talenta, adalah:

  1. Memiliki visi yang kuat. Pemimpin transformasional memiliki kepercayaan yang kuat tentang bagaimana suatu organisasi harus berjalan dengan baik serta mampu mentransformasikan visi ini ke pengikut-pengikutnya (followers). Dengan demikian visi dari pemimpin transformasional akan menjadi visi bersama dari seluruh anggota organisasi. Dalam organisasi yang menerapkan manajemen talenta, visi ini akan mencakup suatu transformasi dari organisasi menuju komitmen total terhadap perbaikan kinerja organisasi.
  2. Memiliki peta untuk tindakan (map for action). Pemimpin transformasional mengetahui bagaimana menerjemahkan impian mereka ke dalam kenyataan. Mereka dapat secara efektif merencanakan bagaimana mencapai visi yang telah disepakati bersama oleh seluruh anggota organisasi.
  3. Memiliki kerangka untuk visi (frame for the vision). Pemimpin transformasional dapat menyusun visi ke dalam suatu gambar yang jelas yang secara kuat menggabungkan visi itu dengan nilai-nilai yang diyakini oleh seluruh anggota organisasi itu. Organisasi yang menerapkan praktek manajemen kinerja menggunakan metafora atau kiasan seperti “walk the talk” dan cerita-cerita, sebagaimana dilakukan oleh Robert Galvin, mantan CEO (Chief Executive Officer) dari Motorola yang membuka setiap pertemuan melalui suatu pernyataan tentang pentingnya peningkatan kinerja perusahaan.
  4. Memiliki kepercayaan (confidence). Pemimpin transformasional memiliki kepercayaan diri yang tinggi serta selalu bersikap optimis dan tidak kehilangan akal dalam menghadapi suatu masalah.
  5. Berani mengambil risiko (risk taking). Pemimpin transformasional berani mengambil risiko dalam merealisasikan visi mereka yang telah ditansformasikan menjadi visi bersama dari seluruh anggota organisasi itu. Pemimpin transformasional menginginkan perubahan-perubahan pendekatan berupa ide-ide baru, praktek-praktek baru, cara-cara baru dalam memecahkan masalah.
  6. Memiliki gaya pribadi inspirasional. Pemimpin transformasional memiliki daya magnit pribadi yang kuat sehingga membuat pengikut-pengikutnya merasa dekat kepada si pemimpin itu. Dengan demikian pemimpin transformasional dapat memotivasi pengikut-pengikutnya menuju peningkatan kinerja yang lebih baik.
  7. Memiliki kemampuan merangsang usaha-usaha individual. Pemimpin transformasional memiliki kemampuan mengidentifikasi potensi yang ada dari setiap individu dalam organisasi, yang kemudian merangsang dan membantu si individu itu secara intelektual agar berkembang untuk mencapai visi organisasi yang telah disepakati bersama.
  8. Memiliki kemampuan mengidentifikasi manfaat-manfaat yang diperoleh apabila mengikuti visi yang telah disepakati bersama itu. Pemimpin transformasional dapat secara langsung menunjukkan penghargaan dan pengakuan atas keberhasilan apabila mencapai visi organisasi yang telah disepakati bersama itu.

WordPress Tabs Free Version

Posted in
css.php