-
Bahasa Indonesia
-
English
Jika ingin melakukan pembenahan, maka kita HARUS mengetahui mengapa World Economic Forum (2015) menempatkan posisi Pilar ke-7: Labor Market Efficiency (dari 12 pilar dalam penyusunan Indeks Daya Saing Global: 140 Negara) untuk Indonesia PALING RENDAH dari negara-negara ASEAN?
World Economic Forum (2015) mengukur Pilar ke-7: Labor Market Efficiency, berdasarkan dua indikator utama, yaitu (1) Fleksibilitas Tenaga Kerja (Bobot: 50%) dan (2) Efisiensi Penggunaan Talenta atau Bakat (BOBOT: 50%).
Terdapat lima variabel yang diukur untuk Indikator Fleksibilitas Tenaga Kerja, yaitu: (1) Kerjasama dalam hubungan pekerja dengan pengusaha, (2) Fleksibilitas penetapan upah, (3) Praktek-praktek perekrutan dan pemberhentian, (4) biaya-biaya yang tidak perlu (redundancy costs), dan (5) Dampak dari perpajakan terhadap insentif dalam bekerja.
Skor Total (Bobot 50%: Skor diukur dalam skala Likert 1 – 7).dari kelima variabel ini RENDAH untuk Indonesia dibandingkan semua negara ASEAN. Dengan demikian pembenahan HARUS dilakukan pada ke-5 variabel ini apabila kita ingin meningkatkan Skor Fleksibilitas Pasar Tenaga Kerja (Bobot 50%). INGAT bahwa Fleksibilitas Tenaga Kerja yang lebih besar akan meningkatkan kemampuan suatu negara untuk mengalokasikan sumber dayanya secara EFISIEN dan penggunaan teknologi untuk kemajuan ekonomi dari bangsa itu.
Demikian pula terdapat lima variabel yang diukur untuk Indikator Efisiensi Penggunaan Talenta atau Bakat (Bobot 50%), yaitu: (1) Upah dan produktivitas, (2) Ketergantungan pada praktek manajemen profesional, (3) Kapasitas negara untuk mempertahankan talenta, (4) Kapasitas negara untuk menarik talenta, dan (5) Partisipasi perempuan dalam angkatan tenaga kerja. Skor Total (Bobot 50%: Skor diukur dalam skala Likert 1 – 7) dari Indikator Efisiensi Penggunaan Talenta atau Bakat juga RENDAH untuk Indonesia dibandingkan terhadap semua negara ASEAN.
Lihat saja ke-5 variabel dari Indikator Efisiensi Penggunaan Talenta atau Bakat ini di Indonesia, yaitu: upah dan produktivitas yang rendah berarti tidak ada keterkaitan antara tingkat upah dan produktivitas tenaga kerja di Indonesia. Dalam buku-buku Ekonomi Manajerial selalu dinyatakan bahwa tingkat efisiensi akan terjadi apabila w = MPL, artinya tingkat upah seharusnya ditetapkan berdasarkan Marginal Product of Labor (Kenaikan Produktivitas Tenaga Kerja).
Skor dari Variabel Ketergantungan pada Praktek Manajemen Profesional di Indonesia juga RENDAH, berarti manajemen Indonesia BELUM PROFESIONAL! Ini suatu “tamparan keras” bagi pengelola program studi manajemen di Universitas maupun institusi pelatihan karena teori-teori manajemen modern yang diajarkan dalam ruang-ruang kelas TIDAK MAMPU diaplikasikan dalam dunia PRAKTEK. Skor Kapasitas Negara Indonesia untuk mempertahankan maupun menarik SDM berbakat juga RENDAH! Demikian pula partisipasi wanita dalam angkatan kerja profesional juga masih RENDAH.
Pasar tenaga kerja yang efisien menunjukkan bahwa pekerjaan yang dipilih atau ditekuni sesuai dengan keterampilan pekerja. Pasar tenaga kerja yang efisien juga memberikan insentif kepada karyawan dan pengusaha untuk bertindak dengan cara-cara yang tepat untuk mempromosikan produktivitas tenaga kerja (labor productivity) di mana tenaga kerja bekerja seefisien mungkin dan dalam hal ini pengusaha akan memberikan insentif yang tepat sesuai produktivitas tenaga kerja itu.
Kedua indikator PENTING dalam pasar tenaga kerja, yaitu: FLEKSIBILITAS dan EFISIENSI PENGGUNAAN TALENTA atau BAKAT adalah SANGAT PENTING untuk memastikan bahwa para pekerja dialokasikan untuk penggunaan yang paling efektif dalam perekonomian suatu negara dan diberikan insentif untuk memberikan usaha terbaik mereka dalam pekerjaan yang ditekuni oleh mereka. Pasar tenaga kerja harus memiliki fleksibilitas untuk mengalihkan pekerja dari satu kegiatan ekonomi ke kegiatan ekonomi yang lain dengan cepat dan dengan biaya rendah, dan untuk memungkinkan terjadi fluktuasi dalam upah berdasarkan produktivitas tenaga kerja tanpa menimbulkan gangguan sosial yang banyak. Pasar tenaga kerja yang efisien juga harus memastikan insentif yang kuat yang jelas bagi karyawan dan mempromosikan meritokrasi di tempat kerja. Secara bersama-sama faktor-faktor ini memiliki efek positif pada kinerja pekerja dan daya tarik negara untuk mengembangkan talenta atau bakat yang merupakan elemen penting dalam pasar tenaga kerja yang bertumbuh dari waktu ke waktu.
Apakah kita bisa membayangkan Dampak dari INEFISIENSI Pasar Tenaga Kerja Indonesia terhadap Masyarakat Ekonomi ASEAN? Yang pasti akan mengalir tenaga-tenaga kerja terlatih/profesional dari semua negara ASEAN ke pasar tenaga kerja Indonesia, karena telah menjadi prinsip bahwa segala sesuatu (barang dan jasa, termasuk tenaga kerja) akan mengalir dari negara-negara yang memiliki EFISIENSI dan PRODUKTIVITAS TINGGI ke negara-negara yang memiliki EFISIENSI dan PRODUKTIVITAS RENDAH.
Sekarang ASEAN Ecconomic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah terbuka untuk 7 jenis lapangan pekerjaan berikut, sehingga TIDAK USAH KAGET jika kita menemukan orang-orang ASEAN yang melakukan pekerjaan berikut di Indonesia: (1) Engineering Services, (2) Nursing Services, (3) Architecture, (4) Land Surveying, (5) Medical Practices, (6) Dental Practices, (7) Accountancy, dan (8) Tourism.
Salam SUCCESS.
Global Competitiveness Index for Labor Market Efficiency 2015-2016
If we want to do revamping, then we MUST know why World Economic Forum (2015) places, for the 7th Pillar (of the 12 Pillars in making Global Competitveness Index: 140 Countries): Labor Market Efficiency, Indonesia THE LOWEST among ASEAN countries.
World Economic Forum (2015) measures the 7th Pillar: Labor Market Efficiency, based on two main indicators, which are (1) Labor Flexibility (Weighted: 50%) and Talent Utilization Efficiency (Weighted: 50%).
There are five variables measured for Labor Flexibility Indicator, which are (1) Cooperation in employer-employee relationship; (2) Wage determination flexibility; (3) Hiring and firing practices; (4) Redundancy costs; and (5) The tax impact on incentives to work.
Total Score (Weighted 50%: Score is measured in 1 – 7 Likert Scale) from those five variables is LOWER for Indonesia compared to all countries in ASEAN. Therefore, revamping MUST be done on those five variables if we want to increase the Labor Market Flexibility (Weighted: 50%). REMEMBER that greater Labor Flexibility will increase the ability of a nation to allocate its resources EFFICIENTLY and better use of technology for economic development of that nation.
Likewise, there are five variables measured for Talent Utilization Efficiency Indicator (Weighted: 50%), which are (1) Wage and productivity; (2) Dependency on professional management practice; (3) Country’s capacity to retain talent; (4) Country’s capacity to attract talent; and (5) Female participation in workforce. Total Score, (Weighted 50%: Score is measured in 1 – 7 Likert Scale), of the Talent Utilization Efficiency Indicator is also LOWER for Indonesia compared to all ASEAN countries.
Just look at these five variables of the Talent Utilization Efficiency Indicator in Indonesia, for example: low wage and productivity, which means there is no link between wage level and labor producivity in Indonesia. In Economic Managerial books, it is always stated that efficiency level will happen if w = MPL, which means wage level is supposed to be determined by Marginal Product of Labor (Increase in Labor Productivity).
Score from the Variable of Dependency on Professional Management Practice in Indonesia is also LOW, which means management in Indonesia HAS NOT BEEN PROFESSIONAL YET! This is a “harsh slap” for the administrators of management studies programs in Universities or training institutions because the modern management theories taught in classrooms CANNOT be applied in PRACTICAL world. The scores for Indonesia’s Capacity to retain or attract talented human resources are also LOW! Similarly the female participation in workforce is also still LOW.
Efficient labor market shows that the chosen and perserved jobs are in accordance to the skills of the workers. Efficient labor market also gives incentive to employees and employers to act with the correct ways to promote labor productivity, where the workforce works as efficiently as possible and in this case, employers will give the right incentive in accordance to that workforce productivity.
Two IMPORTANT indicators in labor market, which are: FLEXIBILITY and TALENT UTILIZATION EFFICIENCY, are VERY IMPORTANT to make sure that the employees are allocated for the most effective utilization in a country’s economy and are given incentives to give their best efforts in their determined jobs. Labor market must have flexibility to shift workers from one economic activity to another economic activity quickly and at low cost as well as to allow fluctuations in wages based on labor productivity without causing heavy social disruptions. Efficient labor market must also ensure strong and clear incentives for employees and promote meritocracy in workplaces. Together, these factors have positive effects on the employees performance and the country’s attractiveness to develop talents which are important elements in the growing labor market from time to time.
Can we imagine the Impact of Indonesia’s Labor Market INEFFICIENCY toward ASEAN Economic Community? Surely, there will be flows of trained professional workers from all ASEAN countries to Indonesia’s labor market, because it has become a principle that everything (goods and services, including workers) will flow from countries that have HIGH EFFICIENCY and PRODUCTIVITY into countries that have LOW EFFICIENCY and PRODUCTIVITY.
Now ASEAN Ecconomic Community (AEC) has been open for the following 7 kinds of jobs; thus, DO NOT BE SURPRISED if we find ASEAN people who do the following works in Indonesia: (1) Engineering Services, (2) Nursing Services, (3) Architecture, (4) Land Surveying, (5) Medical Practices, (6) Dental Practices, (7) Accountancy, and (8) Tourism.
Best Regards for SUCCESS.