2016

Home » Blog » 2016 » Kunci Success Meraih ASQ Professional Degrees: PDCA Approach

07-12-16b

Kunci Success Meraih ASQ Professional Degrees: PDCA Approach



  • Bahasa Indonesia
  • English

Jika pada tulisan saya sebelumnya, saya TELAH mengungkapkan mengapa saya GAGAL mengikuti ujian ASQ dan APICS sampai TIGA kali berturut-turut, kemudian mencoba mencari sumber-sumber ke-GAGAL-an untuk Problem Solving, maka tulisan berikut ini adalah perbaikan yang dilakukan agar saya berada pada jalur SUCCESS (Check: Actual >= Target) yang diterapkan dalam PDCA Approach itu.

Berikut adalah KUNCI SUCCESS apabila ingin LULUS ujian ASQ menggunakan PDCA Approach.

Perencanaan (Plan):

  • Jangan terlalu percaya diri berlebihan, apapun latar belakang pendidikan, jabatan, atau hal-hal lain TIDAK berpengaruh pada SUCCESS. Menurut PDCA Approach, SUCCESS adalah perencanaan yang baik, di mana melalui perencanaan yang baik kita telah menuju SUCCESS 60%, sisanya 40% adalah melakukan ACTION PLAN secara benar dan konsisten. Jika terlalu percaya diri berlebihan seringkali membuat kita TIDAK berhati-hati dan lengah dalam menyiapkan diri, dan di sinilah awal dari ke-GAGAL-an itu dimulai.
  • Membaca Body of Knowledge Secara Menyeluruh. Ini adalah langkah terpenting dalam perencanaan (Plan/P) sebelum kita memutuskan untuk mengambil ujian sertifikasi professional dari ASQ. Body of Knowledge disusun oleh suatu team (together everyone achieves more) komite yang terdiri dari para professional dalam bidang ilmu yang akan diuji dan mereka TELAH berpengalaman PRAKTEK berpuluh tahun dalam bidang yang terkait dengan Body of Knowledge (BoK). Informasi tentang BoK dapat didownload dari website di mana jenis sertifikasi professional itu akan diambil: http://asq.org/cert
  • HARUS memiliki pengalaman kerja yang berkaitan dengan Body of Knowledge (BoK). Jika kita masih merasa kurang dalam pengalaman kerja, maka dapat dimintakan bantuan pembimbing yang TELAH berpengalaman kerja berkaitan dengan APLIKASI Body of Knowledge itu. Dosen di perguruan tinggi Indonesia yang TIDAK memiliki pengalaman PRAKTEK lapangan HARUS berbesar hati untuk bekerja sama dengan PRAKTISI (PRAKtek TIdak SulIt) yang TELAH berpengalaman puluhan tahun TANPA memandang gelar akademik dari PRAKTISI itu. Gelar AKADEMIK (S1, S2, S3) berbeda dengan gelar PROFESIONAL (CQIA, CMQ/OE) atau CSSYB, CSSGB, CSSBB, CSSMBB. Tentu saja seorang Master Black Belt memiliki KOMPETENSI (Praktek Implementasi Plus IPTEK) yang lebih tinggi dan lebih lama daripada seorang Black Belt, Green Belt, dan Yellow Belt. Dan hal ini TIDAK bisa dibandingkan dengan seorang Prof. Dr. sekalipun di dunia akademik. Masing-masing memiliki jalur yang berbeda. Tingkatan sertifikasi ASQ bisa dilihat dalam bagan terlampir. Mengapa saya pribadi yang TELAH memiliki ASQ CMQ/OE (Certified Manager of Quality/Organizational Excellence: Persyaratan ujian adalah minimum 10 tahun pengalaman PRAKTEK) tertinggi dalam jalur Manager HARUS RELA untuk mengikuti ujian ASQ CQIA (Certified Quality Improvement Associate: Persyaratan ujian HANYA 2 tahun PRAKTEK) bagi seorang pemula? Karena saya ingin membantu mereka para pemula dari lulusan perguruan tinggi di Indonesia agar SIAP memasuki dunia kerja sebagai Quality/Performance Improvement Leader dan TIDAK PERLU harus menapaki dari jenjang PALING BAWAH yaitu sekedar MT (Management Trainee). Di sinilah apabila perguruan tinggi Indonesia MAMPU berpikir STRATEGIK, maka PT itu akan menyiapkan para lulusannya untuk SIAP berkompetisi dalam pasar tenaga kerja nasional maupun internasional.
  • HARUS memahami tingkat kognitif dari topik-topik dalam ASQ BoK, yaitu: Remember, Understand, Apply, Analyze, Evaluate, Create berdasarkan taksonomi Bloom seperti bagan terlampir. Sayang sekali bahwa dunia perguruan tinggi Indonesia HANYA memberikan bekal kepada para lulusannya sampai paling tinggi adalah Understanding, malahan kebanyakan dosen-dosen yang KURANG ber-KOMPETEN hanya mengajarkan pada level terendah yaitu: Remember! Sebagai misal, jika kita membaca kata “Apply” dalam ASQ BoK, maka itu berarti soal atau pertanyaan yang akan diajukan dalam ujian real ASQ adalah berkaitan dengan kasus-kasus spesifik. Untuk menjawab pertanyaan semacam ini (Apply) kita HARUS memiliki pemahaman (Understanding) yang mendalam dan mengetahui pada saat kapan dan bagaimana kita menggunakan ide-ide, prosedur-prosedur, metode-metode, formula-formula, konsep-konsep, dan alat-alat dalam konteks contoh kasus dalam ujian ASQ itu. Itu alasan mengapa sistem kuliah berbasis KASUS lebih TEPAT bagi mahasiswa agar melatih mereka menerapkan (Apply) konsep-konsep, formula-formula, alat-alat, dll yang diajarkan DARIPADA sekedar dosen mengemukakan materi pembelajaran melalui berbicara atau presentasi saja. Demikian pula pada tahapan yang lebih tinggi seperti: Analyze, Evaluate, Create, membutuhkan pemahaman konsep-konsep yang mendalam disertai cara berpikir KREATIF dan STRATEGIK. Bagan terlampir menunjukkan tingkatan pemikiran yang dapat dijadikan sebagai referensi. Sebagai misal, jika kita membaca ASQ BoK dan pada topik tertentu ada tertulis “Analyze” maka kita mengharapkan bahwa akan ada soal atau pertanyaan yang membutuhkan keterampilan kita untuk membagi informasi menjadi bagian-bagian, mengidentifikasi hubungan dan pola-pola dari organisasi, dan terutama menghasilkan informasi yang berguna dari situasi tertentu atau sekumpulan data tertentu. Keterampilan berpikir mengikuti level dari taksonomi Bloom ini TIDAK dipahami oleh mayoritas mahasiswa dan lulusan PT Indonesia, sebagai konsekuensi dari dosen-dosen yang TIDAK mempraktekkannya (tidak menggunakan) ketika memberikan kuliah-kuliah.
  • HARUS menggunakan referensi yang TEPAT sesuai dengan ASQ BoK. Informasi tentang referensi dapat dilihat dalam website tentang Sertifikasi Profesional dari ASQ yang ingin diambil: http://asq.org/cert
  • HARUS menggunakan Exam CD yang bisa dibeli dari Quality Council of Indiana atau sumber lain terpercaya. Saya SELALU membeli bahan-bahan ujian termasuk Exam CD dari Quality Council of Indiana yang berisi 1.000 soal. INGAT: Exam CD HANYA untuk berlatih BUKAN untuk menghafal soal-soal, KARENA yang terpenting adalah memahami KONSEP dan MENGAPA jawaban tertentu salah atau benar. Mahasiswa Indonesia TIDAK terbiasa bertanya Mengapa? Karena lebih berorientasi pada HASIL akhir bukan pada PROSES, akibatnya TIDAK terjadi peningkatan KREATIVITAS dalam berpikir. Sejak SD anak-anak Indonesia TELAH diharuskan untuk menghafal dan TIDAK tahu mengapa hasilnya demikian? Hal ini berbeda dengan cara belajar anak-anak di negara-negara maju yang lebih berorientasi pada PROSES. Contoh sederhana: anak-anak diajarkan untuk menghafal: 5 x 5 = 25. Ketika ditanya Mengapa 5 x 5 = 25? Mereka tidak bisa menjawab Karena TIDAK belajar KONSEP. Padahal untuk perkalian menggunakan konsep penjumlahan, sehingga apabila ditanyakan mengapa 5 x 5 = 25, maka anak-anak di luar negeri akan menjawab bahwa penjumlahan bilangan 5 sebanyak 5 kali, yaitu: 5 + 5 + 5 + 5 + 5 = 25. Ketika belajar ASQ Exam melalui CD Ujian, maka kita HARUS mengetahui dan bertanya: Mengapa jawaban yang BENAR adalah A dan BUKAN B, C, atau D?. Lalu Apa itu arti jawaban B, C, atau D, jika jawaban-jawaban itu SALAH? Dengan demikian jika ada 1.000 soal yang berbeda, maka apabila dipahami dengan baik kita akan memperoleh ribuan (minimum 2.000 – 3.000) item pengetahuan baru. Di samping itu Exam CD akan memetakan kekuatan dan kelemahan kita pada topik-topik tertentu dalam ASQ BoK, sehingga apabila nilai persentase MASIH sekitar 80-an%, maka kita HARUS meningkatkan menjadi minimum 90%. Peningkatan nilai BUKAN berdasarkan pengulangan soal-soal yang sama, TETAPI pemahaman terhadap jawaban dari soal-soal yang berbeda. Intinya kita HARUS mengetahui kekuatan dan kelemahan kita tentang ASQ BoK melalui Exam CD kemudian berusaha meningkatkan semua topik dalam BoK sampai minimum 90-an%.
  • HARUS memahami sistem penilaian ke-LULUS-an dari ujian ASQ adalah berdasarkan CUTOFF SCORE seperti dalam bagan terlampir. Kita tidak perlu TAHU bagaimana proses penilaian itu ASALKAN memahami bahwa ujian ASQ adalah berdasarkan ujian BoK. Jika dalam ASQ BoK ada 4 topik utama dan ditetapkan bahwa minimum ke-LULUS-an adalah 75% dari BoK, maka hal itu berarti untuk ke-4 topik ASQ BoK itu kita HARUS memperoleh nilai MINIMUM 75%. Sehingga jika katakanlah kita memperoleh skor TOPIK 1 adalah 90%, skor TOPIK 2 adalah 85%, skor TOPIK 3 = 60%, dan skor TOPIK 4 adalah 100%, maka kita dinyatakan TIDAK KOMPETEN dalam TOPIK 3 sehingga dinyatakan TIDAK LULUS. Berarti ke-4 TOPIK itu HARUS memperoleh nilai MINIMUM 75% (di atas 75% pada TOPIK tertentu tetapi di bawah 75% pada TOPIK lain, memberikan KONSEKUENSI TIDAK LULUS). Itulah mengapa agar AMAN, saya menggunakan skor MINIMUM 90% ketika berlatih ujian simulasi menggunakan Exam CD agar memiliki peluang 99% LULUS (tambahan 1% adalah ber-DOA: Depend On Allah).
  • HARUS mengorganisasikan buku REFERENSI utama dengan post-it agar mudah mengetahui letak setiap topik ASQ BoK. Post-it HANYA boleh menulis topik bukan catatan lain Karena meskipun sifat ujian ASQ adalah OPEN BOOK EXAM, DILARANG membawa catatan yang berisi latihan soal-soal, dll dan hal ini akan diperiksa secara KETAT, juga ujian dimonitor oleh kamera CCTV sehingga akan terekam kamera jika kita melanggar peraturan ASQ.

Planning (P) yang panjang lebar di atas akan memudahkan kita untuk menghadapi ujian real ASQ, yaitu:

Pada Waktu Ujian (Do):

  • Mengetahui secara pasti jawaban mana yang PASTI benar (HANYA ada satu jawaban yang PASTI benar, sedangkan yang lain mirip-mirip TETAPI SALAH).
  • HARUS mengikuti PRINSIP 30-60-90, yaitu: soal-soal yang mudah (Remember) maksimum 30 detik sudah HARUS dijawab. Jika tingkat kesulitan sedang (Understanding) HARUS dijawab dalam waktu maksimum 60 detik, dan tingkat kesulitan TINGGI (Apply, Analyze, Evaluate and Create) HARUS dijawab dalam waktu maksimum 90 detik.
  • SEDIKIT GUGUP adalah NORMAL, TETAPI dengan berlangsung ujian kita akan semakin percaya DIRI Karena TELAH MAMPU menjawab secara BENAR.
  • Pada AKHIR ujian kita tinggal meng-klik FINISH, maka akan muncul HASIL ujian apakah LULUS atau masih GAGAL. Sebelum klik FINISH agar ber-DOA, jika gelar professional dari ASQ ini bermanfaat bagi banyak orang dan akan memuliakan Tuhan, maka LULUS-kan saya, TETAPI jika tidak maka Kehendak Allah saja yang terjadi dan saya akan IKHLAS (IMAN = Ikhlas Menjadikan Allah Nakhoda, dan KASIH = Kehendak Allah Selalu Isi Hati. HATI = Harmonisasi Antara Tindakan dan IMAN).

Banyak orang menyatakan bahwa orang SUCCESS adalah orang yang selalu GAGAL namun “NGOTOT” untuk SUCCESS, sebaliknya orang GAGAL adalah orang yang TIDAK PERNAH GAGAL Karena TIDAK melakukan apa-apa (Takut GAGAL) atau terlalu cepat berhenti/menyerah (PUTUS ASA) sebelum SUCCESS itu datang kepada kita. Bagi saya pribadi pendekatan PDCA di atas merupakan KUNCI SUCCESS dalam berbagai keputusan termasuk memperoleh gelar-gelar professional dari ASQ dan APICS.

Tentu banyak orang akan bertanya mengapa saya HARUS menyulitkan DIRI untuk meraih berbagai gelar Profesional dari ASQ dan APICS? Jika sekedar KOMPETENSI atau GELAR PROFESIONAL untuk apa buang-buang waktu? He he yang menarik adalah bayaran yang MAHAL (Rp atau $). Saya mengambil CONTOH tunjangan seorang Dr (Level S3) di perguruan tinggi Indonesia secara NORMAL sekitar Rp. 15 juta – 20-an juta per bulan. Itu HANYA sama dengan seorang Team Leader berpengalaman 2-3 tahun yang bergelar ASQ CSSGB (Certified Six Sigma Green Belt) atau ASQ CQIA (Certified Quality Improvement Associate).

Bandingkan lagi dengan seorang Lulusan S1 atau S2 baru yang diterima sebagai MT (Management Trainee) HANYA dibayar sekitar Rp. 5 Juta per bulan, TETAPI jika dia bergelar ASQ CQIA maka dalam waktu satu tahun saja dia bisa dibayar minimum Rp. 10 juta – 15 juta per bulan (200% – 300% lebih tinggi dari MT).

Itulah ke-TIDAK ADIL-an dalam dunia industri professional di Indonesia maupun di seluruh dunia, Karena mereka lebih menghargai gelar-gelar PROFESIONAL dari Asosiasi Profesional Internasional yang memiliki REPUTASI KELAS DUNIA daripada gelar-gelar akademik yang dianggap hanya tahu teori saja.

Maaf jangan tersinggung: PAKAR = aPA-apa suKAR, sedangkan PRAKTIS = PRAKtek TIdak Sulit. Dalam dunia industri profesional semakin mudah iptek itu diterapkan dan menghasilkan Quality/Performance Improvement maka akan semakin dibayar mahal, sebaliknya semakin sulit suatu iptek apapun kecanggihannya TETAPI apabila TIDAK BISA diterapkan dan menghasilkan uang, maka akan semakin dibayar murah! Dan yang menguasai iptek itu adalah SDM (Sumber Daya Manusia).

Memang demikian FAKTA dalam dunia industri professional apalagi industri itu TELAH banyak mempekerjakan tenaga-tenaga professional dari luar negeri.

Urutan KOMPETITIF dari tinggi ke rendah bagi lulusan baru di dunia industri professional di Indonesia atau ASEAN, adalah: (1) Lulusan yang bergelar PROFESIONAl dari Asosiasi Profesional seperti: ASQ (www.asq.org), APICS (www.apics.org), Chartered Institute, dll, (2) Lulusan akademik TANPA Gelar professional dari luar negeri, (3) Lulusan akademik TANPA Gelar professional dari Universitas TOP Indonesia, (4) universitas-universitas papan menengah, dan (5) universitas-universitas papan bawah, dan seterusnya.

Dengan demikian jika lulusan akademik dari universitas-universitas di daerah (papan bawah) ingin meningkatkan daya saing, maka mereka HARUS memiliki gelar-gelar professional dari Asosiasi Profesional Internasional yang memiliki REPUTASI Dunia.

Dengan demikian KARAKTER dan REPUTASI ditambah keterampilan berpikir dan aplikasi PDCA yang TELAH diakui oleh Asosiasi Profesional yang memiliki Reputasi Kelas Dunia di berbagai bidang iptek akan semakin mempercepat SUCCESS kita.

Salam SUCCESS.

WordPress Tabs Free Version

Posted in
css.php